Kamis, 06 Juni 2013

Paper Atina Putri Nurlia

LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Kecerdasan
Kecerdasan merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan sesuatu. Alfred Binet (1857-1911) seorang psikolog asal perancis mencari cara untuk mengetahui atau mengukur tingkat kecerdasan seseorang serta untuk mengetahui mana anak yang cerdas dan tidak. Akhirnya pada tahun 1905 Binet mencetuskan teori Intelektual Quontient (IQ). Binet berpendapat bahwa “kecerdasan seseorang dapat diukur dengan menguji kemampuan intelektualnya” yaitu pada kemampuan logika matematik, lingustik dan spasial (ruang). Maka, Intelligent Quontient (IQ) adalah kecerdasan intelektual atau kecerdasan otak yang meliputi kemampuan logika-matematik, linguistik dan spasial (kepekaan ruang).
Hingga kini, IQ masih dijadikan ukuran cerdas dan tidaknya seseorang. Kita telah mengetahui bahwa tes IQ yang menguji kemampuan logika-matematik, linguistik dan spasial telah lama menjadi sebuah sarana untuk mengukur tinggi-rendahnya kecerdasan seseorang. Maka, sudah tentu seorang anak yang memiliki kemampuan dibidang tersebutlah yang akan mendapat nilai atau hasil yang tinggi dari tes tersebut sedangkan kemampuannya dibidang yang lain tidak diperhatikan. Jika hasil yang diperoleh seseorang dari tes IQ tersebut tinggi berarti tinggi pula kecerdasan yang ia miliki. Begitu juga sebaliknya, jika nilai yang diperoleh rendah berarti rendah pula kecerdasan yang dimiliki. Beberapa sekolah mengaplikasikan sarana tersebut untuk mengetahui kualitas peserta didik yang ada disekolah tersebut.
Dampak positif dari tes IQ tersebut adalah meningkatkan semangat belajar pada anak yang memperoleh nilai IQ tinggi, juga bertambahnya semangat untuk meningkatkan kemampuan akademik pada anak yang memperoleh nilai IQ rendah. Akan tetapi tidak sedikit anak yang menjadi malas karena sudah merasa dirinya cerdas setelah memperoleh nilai IQ tinggi dan ada pula yang menjadi minder lantaran nilai IQ-nya rendah.
Teori IQ ini terus menyebar, hingga di Indonesia tes IQ menjadi standar dan syarat kelulusan dengan adanya standar nilai yang harus dicapai para siswa dalam Ujian Nasional (UN) bahkan menjadi salah satu syarat memasuki sekolah, universitas, dan dunia kerja.
Kemudian, Dr. Howard Gardner, seorang profesor pendidikan di Harvard University yang berasal dari perancis mencetuskan teori “Multiple Intelligences” pada 1983. Beliau berpendapat bahwa “kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan nyata”. Menurutnya kecerdasan yang berdasarkan pada tes IQ merupakan pandangan yang tradisional dan amat terbatas karena Gardner tidak melihat kecerdasan manusia berdasarkan nilai standar semata.
Gardner mengatakan bahwa “kecerdasan itu bukanlah sesuatu yang mutlak seperti halnya ketika kita mengukur tinggi badan atau panjangnya sesuatu, sehingga bisa terbilang cerdas dan tidak cerdas”. Jadi, kecerdasan tidak bisa hanya dilihat dari segi logika-matematik, linguistik, dan spasial saja tanpa melihat kemampuan lain yang dimiliki seseorang. Karena hal tersebut hanya menguntungkan bagi siswa yang mempunyai kemampuan lebih dibidang tersebut.
Dari hasil penelitian dan berbagai studinya terhadap beragam kalangan, Gardner menyimpulkan bahwa “kecerdasan adalah kemampuan-kemampuan seseorang yang dapat ditumbuh-kembangkan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan nyata”. Beliau menyimpulkan bahwa “± ada 8 kecerdasan yang dimiliki manusia, yaitu: kecerdasan linguistik, logika-matematik, visual-spasial, musical, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan natural”. Maka kecerdasan majemuk (kecerdasan banyak tau kecerdasan berbagai) adalah berbagai kecerdasan yang meliputi kecerdasan linguistik, logika-matematik, visual-spasial, musikal, kinestetik, interpersonal, intrapersonal dan natural.
2.2 Macam-macam Kecerdasan
Howard Gardner, dari hasil penelitian dan berbagai studinya terhadap beragam kalangan, dengan teori Multiple Intelligences atau kecerdasan majemuk memaparkan bahwa setidaknya terdapat 8 kecerdasan pada diri manusia, yaitu :
1. Kecerdasan Linguistik (Linguistic Intelligence atau Word Smart) Merupakan kemampuan untuk mengolah, mengembangkan, menggunakan serta mengekspresikan kata-kata dengan lisan atau pun dengan tulisan. Umumnya seseorang yang memiliki kecerdasan linguistik sangat senang berbicara, senang mengumpulkan kosa-kata baru, menyukai lelucon, senang menulis, membuat cerpen atau puisi, suka membaca, dan lain sebagainya. Kecerdasan linguistik ini dapat dikembangkan untuk menjadi seorang penulis, penerjemah, penceramah, presenter TV, pelawak, dan lain-lain.
2. Kecerdasan Logika-matematik (Logical-mathematical atau Logic Smart)
Merupakan kemampuan untuk memahami, memecahkan dan menyelesaikan suatu masalah dengan logis, menguasai angka-angka atau perhitungan dan analisa. Umumnya seseorang yang memiliki kecerdasan logika-matematik senang berpikir dengan logika, sangat senang berhitung, senang memecahkan dan menyelesaikan sesuatu secara ilmiah, bermain dengan komputer dan teka-teki, tertarik pada perkembangan teknologi dan sains, dan lain-lain. Kecerdasan ini dapat dikembangkan untuk menjadi seorang ilmuwan, marketing, akuntan, ahli statistik, pakar ekonomi, peneliti dan lain sebagainya.
3. Kecerdasan Visual-Spasial (Visual-Spatial atau Picture Smart)
Merupakan kemampuan untuk membuat, mengamati, mengingat serta membayangkan atau mengimajinasikan gambar, bentuk, dan ruang secara cermat. Umumnya seseorang yang memiliki kecerdasan visual-spasial sangat senang menggambar dan mencorat-coret, mempunyai mata jeli, mempunyai daya pengamatan tinggi, peka terhadap warna, menonjol dalam belajar dan berpikir melalui gambar dan lain sebagainya. Kecerdasan ini dapat dikembangkan untuk menjadi seorang animator, arsitek, fotografer, komikus, sutradara film, desainer furnitur dan lain-lain.
4. Kecerdasan Musikal (Musical Intelligence atau Music Smart)
Merupakan kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan atau mengekspresikan musik. Umumnya kecerdasan musikal sangat senang bernyanyi, mendengarkan musik, memainkan alat musik, peka terhadap suara, mudah mengingat lirik juga menyukai bunyi-bunyian alam. Kecerdasan ini dapat dikembangkan untuk menjadi seorang penyanyi, pemain musik, konduktor, penulis atau pengarang lagu, guru musik, music editor dan lain-lain.
5. Kecerdasan Kinestetik (Kinesthetic Intelligence atau Body Smart)
Merupakan kemampuan seseorang dalam menggunakan anggota tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan serta mengontrol dan melatih gerak-gerik, keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan tubuh. Umumnya seseorang yang memiliki kecerdasan kinestetik senang bergerak, menyukai olahraga, permainan, dan berlatih fisik, senang menangani masalah secara fisik (terlibat secara langsung atau praktik langsung), terampil saat bekerja dengan peralatan dan lain sebagainya. Kecerdasan ini dapat dikembangkan untuk menjadi seorang atlet, penari, koreografer, aktor atau aktris, pemain sirkus, pembuat patung, pengrajin keterampilan tangan, guru olahraga atau instruktur senam, penjahit atau ahli busana, dan lain-lain.
6. Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence atau People Smart)
Merupakan kemampuan untuk mengamati, membedakan dan memahami maksud, suasana hati dan perasaan orang lain serta menyesuaikan diri dengan orang lain. Umumnya seseorang yang memiliki kecerdasan interpersonal peka terhadap bahasa tubuh, ekspresi wajah, mengerti sikap orang lain dan mudah berkomunikasi dengan orang lain, mengerti situasi dan kondisi, mengerti dunia orang lain. Kecerdasan ini dapat dikembangkan untuk menjadi seorang tokoh agama, psikolog, politikus, perawat, polisi, reporter, pengusaha, pengacara dan lain-lain.
7. Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence atau Self Smart)
Merupakan kemampuan untuk mengenali diri sendiri, mengendalikan diri, dan memahami kelebihan serta kelemahan diri. Umumnya seseorang yang memiliki kecerdasan intrapersonal mampu menyelesaikan masalah sendiri, mampu menentukan tujuan-tujuan pribadi, merencanakan masa depan, menyusun langkah untuk mencapai cita-cita, senang membuat agenda harian, senang belajar dari beragam hal di sekitar dan pengalaman serta kisah-kisah orang lain. Kecerdasan ini dapat dikembangkan untuk menjadi seorang wirausahawan, ahli filsafat, tokoh agama atau menjadi apa saja yang diinginkan.
8. Kecerdasan Natural (Naturalist Intelligence atau Nature Smart)
Merupakan kemampuan seseorang untuk menghargai dan menjaga kelestarian alam dan lingkungan sekitar. Umumnya seseorang yang memiliki kecerdasan natural sangat senang melakukan kegiatan yang berkaitan dengan alam seperti menanam dan merawat tumbuh-tumbuhan, selalu menjaga lingkungan, hiking, berjalan-jalan melihat pemandangan, mempunyai banyak pengetahuan tentang alam baik pegunungan, laut, sungai, flora dan fauna serta mengetahui tentang daerah-daerah di Indonesia. Kecerdasan ini dapat dikembangkan untuk menjadi seorang ahli botani, arkeolog, dokter hewan, vulkanolog pengusaha pertanian atau peternakan, ahli desain tanaman dan lain sebagainya.
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi KecerdasanKecerdasan dapat bertambah dan dapat berkurang tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kecerdasan, antara lain:
1.
Biologis (genetik)
Faktor genetik mempengaruhi kecerdasan akan tetapi hasil dari genetika yang dilahirkan tidak akan tampak jika tidak didukung oleh faktor lain.
2.
Asupan gizi
Makanan dan minuman yang bergizi dan menghasilkan energi tinggi akan membantu cara kerja otak sehingga mempengaruhi daya tangkap dan pikir seseorang.
3.
Lingkungan dan keluarga
Lingkungan dan keluarga adalah salah satu guru bagi hidup manusia. Jika seseorang lahir di lingkungan yang beragama islam maka kemungkinan besar ia pun akan beragama islam. Jika seseorang lahir di lingkungan yang berbahasa dan berlogat kasar maka kemungkinan besar ia pun akan berbahasa dan berlogat kasar. Jika ia dilahirkan di lingkungan atau dalam keluarga yang menyukai musik maka kemungkinan pada dirinya akan terbentuk kecerdasan musikal. Sebaliknya, jika seseorang ingin menjadi penyanyi terkenal akan tetapi orang tuanya sangat menginginkannya untuk menjadi seorang atlet yang handal maka mereka pun akan mempengaruhi dan lebih mengarahkannya pada kecerdasan kinestetik dibanding kecerdasan musikal yang ingin ia kembangkan.
4.
Sejarah hidup pribadi
Sejarah hidup pribadi atau pengalaman hidup dapat mengembangkan juga dapat melumpuhkan kecerdasan seseorang. Pengalaman mendapat penghargaan atas suatu keberhasilan yang seseorang dapatkan akan mempengaruhinya untuk melakukan lebih dari apa yang telah ia lakukan, untuk mendapatkan lebih dari apa yang telah ia dapatkan atau suatu kejadian yang membuatnya penasaran dapat membangkitkan semangatnya untuk mencari tahu dan dengan begitu secara tidak langsung ia akan berusaha untuk meningkatkan kemampuan yang ia miliki untuk mencari tahu hal tersebut.
Sebaliknya, kritikan cemoohan atau sikap yang menjatuhkan akan menimbulkan rasa malu, takut, bersalah, sedih atau marah. Seperti kata “bodoh atau buruk” atau sikap ketidak-sukaan orang lain ketika ia melakukan atau menghasilkan sesuatu secara sengaja ataupun tidak sehingga timbul rasa “trauma” untuk mengembangkan kemampuan yang ia miliki.
5.
Ekonomi
Sumber penghasilan yang sedikit akan menghambat setiap orang dalam segala hal. Begitu juga dalam mengembangkan potensi seseorang. Jika seseorang terlahir dalam keluarga kurang mampu dan tidak mampu untuk membeli peralatan menggambar maka kecerdasan visual-spasialnya pun kemungkinan kecil untuk dapat dikembangkan.
6.
Situasi
Situasi yang menghimpit dapat membuat seseorang dengan terpaksa lebih melatih kemampuan lain dibanding mengembangkan kemampuan yang telah lama ia miliki. Misalnya saja, jika seseorang memiliki kecerdasan musikal sedangkan ia merupakan anak sulung dimana perekonomian keluarganya adalah menengah kebawah sehingga dengan terpakasa ia harus membantu keperluan keluarga yang cukup besar semasa mudanya maka ia pun tidak memiliki waktu untuk mengembangkan kecerdasan musikal yang ia miliki.
7.Cara pemgembangan
Peningkatan kecerdasan seseorang akan lebih cepat dengan melakukan kegiatan yang dapat merangsang peningkatan kecerdasan yang ia miliki
8. Diri sendiri
Keinginan dan keyakinan serta tekad yang kuat dalam diri sangat mempengaruhi perkembangan pada kecerdasan yang ia miliki. Jika hampir semua faktor mendukung, seperti faktor biologis, asupan gizi, ekonomi dan situasi akan tetapi ia tidak memiliki keinginan yang kuat atau malas, maka kecerdasan yang ia miliki pun akan lambat berkembang. Karena diri sendiri merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi kecerdasan. .
Faktor-faktor tersebutlah yang dapat mempengaruhi berkembang atau tidaknya serta meningkat atau menurunnya kecerdasan seseorang.
2.4 Cara Mengembangkan Potensi Kecerdasan Seseorang
Kecerdasan seseorang dapat dikembangkan sesuai dengan potensi kecerdasan yang dimilikinya dan dengan cara yang sesuai dengan potensi kecerdasan yang ia miliki, yaitu merangsang serta melatih seseorang dengan kegiatan yang berkaitan dengan potensi dasar yang ia miliki.
Untuk mengembangkan kecerdasan linguistik yaitu dengan melatih diri untuk lebih sering membaca berbagai macam bacaan, berbicara, menulis diary, cerpen, artikel atau sesuatu yang menarik seperti ide, kata-kata orang terkenal atau kutipan-kutipan dari buku, bergabung dalam diskusi atau debat, menambah kosa-kata, belajar bahasa asing, dan lain sebagainya.
Untuk mengembangkan kecerdasan logika-matematik yaitu dengan melatih diri untuk lebih sering melakukan perhitungan sederhana dengan pikiran (tanpa kalkulator), berpikir dan memecahkan masalah secara logis, memecahkan soal-soal matematika atau IPA, bermain games yang banyak menggunakan logika dan membutuhkan strategi, menambah wawasan tentang sains dan teknologi.
Untuk mengembangkan kecerdasan visual-spasial yaitu dengan melatih diri untuk lebih sering membuat gambar menggunakan tangan, berlatih membuat gambar dengan menggunakan komputer, belajar mengambil gambar dengan kamera atau video, mengikuti klub-klub seni, bermain games yang banyak menggunakan gambar, menuangkan ide dalam gambar, dan lain sebagainya.
Untuk mengembangkan kecerdasan musikal yaitu dengan melatih diri untuk lebih sering mendengarkan berbagai jenis musik, belajar memainkan alat musik kesukaan, bernyanyi sendiri atau bersama-sama, mengikuti kelompok atau klub musik seperti qosidah, band, paduan suara, marching band atau kelompok musik tradisional seperti angklung, mencoba membuat lirik lagu dan lain sebagainya.
Untuk mengembangkan kecerdasan kinestetik yaitu dengan melatih diri untuk lebih sering menggerakan tubuh, berolahraga, mengekspresikan diri ketika berbicara, memainkan permainan yang melibatkan gerak tubuh, dan lain sebagainya.
Untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal yaitu dengan melatih diri untuk lebih seringbersilaturrahmi dengan teman, saudara, tetangga, dan orang-orang yang dikenal, mencari dan memperbanyak teman dan relasi, membantu orang lain, aktif dalam berbagai kegiatan yang disukai, mengikuti organisai, dan lain sebagainya.
Untuk mengembangkan kecerdasan intrapersonal yaitu dengan melatih diri untuk lebih sering mngintropeksi diri, meneliti kekurangan dan kelebihan diri, merangkai dan menulis tujuan hidup atau cita-cita, memotivasi diri dan lain sebagainya.
Untuk mengembangkan kecerdasan natural yaitu dengan melatih diri untuk lebih sering berjalan-jalan di alam terbuka, memperhatikan alam sekitar, menanam dan merawat tumbuh-tumbuhan, mengamati pertumbuhan tanaman, membuat kebun, mencari wawasan tentang alam, flora dan fauna, dan semacamnya lewat berbagai media, bergabung dalam klub atau organisasi pencinta alam atau kelestarian lingkungan, memelihara binatang, belajar memasak, dan lain sebagainya.
Setiap orang memiliki kedelapan-delapan kecerdasan tersebut, akan tetapi hanya beberapa kecerdasan yang dominan. Seseorang mungkin pandai dalam kecerdasan logika-matematik tetapi mungkin ia kurang dalam kecerdasan musikal dan kinestetik. Begitu juga dengan seseorang yang pandai bermain musik dan bergaul tetapi mungkin ia kurang dalam pelajaran eksakta.
Suatu kecerdasan tidak bisa berdiri sendiri, kecerdasan selalu berinteraksi satu sama lain. Seorang penjahit yang memiliki kecerdasan kinestetik pun memiliki kecerdasan visual-spasial untuk mendesain, seorang pemain sepak bola menggunakan kecerdasan kinestetik untuk berlari dan mengejar bola, kecerdasan visual-spasial untuk menguasai lapangan dan strategi, linguistik untuk memahami arahan dari pelatih dan kecerdasan interpersonal untuk kekompakan dalam satu tim, dan lain sebagainya.
Kecerdasan yang dimiliki seseorang pun tidak ada yang benar-benar sempurna. Seseorang yang sangat pandai berbicara, berpidato, berdiskusi mungkin kurang dalam membuat puisi atau cerpen, seseorang yang sangat pandai bernyanyi mungkin kurang bisa memainkan alat musik dan lain sebagainya.

Paper Muhammad Rusli

LANDASAN TEORI

2.1 Sekam Padi
2.1.1 Pengertian Sekam Padi
Sekam padi adalah suatu limbah organik yang dihasilkan dari kulit padi. Yang sebelumnya melalui proses-proses tertentu, diantara proses tersebut adalah melalui proses penggilingan dan melalui proses penumbukan.

2.1.2 Karakteristik Dan Fungsi Sekam Padi
Karakteristik yang di miliki sekam padi adalah sangat ringan (Berat Jenis = 0,2 kg/l), kasar sehingga sirkulasi udara tinggi (banyak pori). Dan fungsi sekam padi antara lain adalah, dapat menahan air berkapasitas tinggi, dan berwarna coklat kehitaman sehingga dapat mengabsorbsi sinar matahari dengan efektif, serta mempunyai kandungan unsur kimia yang dapat mengurangi pengaruh penyakit, khususnya bakteri .

2.1.3 Kandungan Sekam Padi
Sekam padi mengandung unsur N sebanyak 1 % dan K 2 %, berdasar analisis Japanese Society for Examining Fertilizer and Fodders, komposisi arang sekam paling banyak mengandung senyawa SiOz sebanyak 52 % dan unsur C sebanyak 31 %. Komposisi lainnya adalah Fe203, K2O, MgO, CaO, MnO dan Cu dalam jumlah yang sangat kecil, juga mengandung bahan-bahan organik. Sedangkan menurut analisis Suyekti (1993) sekam bakar mengandung N 0,32 %, P 0,15 %, K 0,31 %, Ca 0,96 %, Fe 180 ppm, Mn 80,4 ppm Zn 14,10 ppm dan pH 6,8. Soepardi (1983) mengemukakan bahwa kadar kalium dalam abu sekam lebih kurang sama dengan 30 % K2O .




2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan
2.2.1 Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah penambahan ukuran, jumblah dan isi sel yang bersifat permanaen dan lirifreksible, dapat di ukur atau bersifat kuantitatif

2.2.2 Perkembangan
Perkembangan adalah peruses perubahan fungsi menjadi pendewasaan atau penuaan, bersifat kuantitatif, di tandai dengan adanya perubahan fungsi atau kemampuan melakukan aktifitas fisiologis.

2.3 Budidaya Tanaman Hias
Tanaman hias memiliki banyak ragam dan banyak pula jenisnya. Tanaman hias dibagi menjadi dua jenis, yaitu tanaman hias air dan tanaman hias darat.

1.3.1 Tanaman Hias Air
Tanaman hias air adalah tanaman yang hidupnya di air, dan media tumbuhnya memerlukan air. Belakangan ini, trend tanaman hias air sedang naik daun, beragam jenis tanaman hias diperkenalkan sebagai alternatif dalam pengunaan pembuatan taman. Untuk memudahkan dalam pengenalan jenis tanaman hias air dikelompokan menjadi tanaman hias air bunga dan tanaman hias air daun.
Tanaman hias air bunga yaitu tanaman yang memiliki bentuk dan warna yang menarik. Semarak warna bunga membuat tanaman hias semkin indah dipandang. Selain bunga, bentuk daunpun memiliki peranan penting pada beberapa tanaman hias, bentuk daun ada yang bulat, oval, dan beberapa bentuk daun lain yang tak kalah menariknya. Warna pada daunpun tidak terbatas, ada yang berwarna hijau, kuning, ungu, merah, dan masih banyak warna-warna lain yang terdapat pada tanaman hias.
1. Tanaman hias air berbunga indah

1. Bunga eceng gondok
bunga eceng gondok ini berwarna ungu, jenis bunga ini tidak membutuhkan tanah sebagai media tanamnya, dan makananya didapat dari air.

2. Bunga teratai
Bunga teratai ini memiliki bunga yang sangat variatif. Ungu, merah, kuning, dan putih merupakan beberapa jenis warna yang banyak kita jumpai. Tanaman ini tumbuh dari dasar kolam.

3. Lotus
Bunga lotus berukuran cukup besar, berwarna oranye atau putih. Tanaman ini membutuhkan jumlah cahaya yang cukup banyak untuk pembentukan bunganya.


2. Tanaman hias air berdaun indah

1. Kupu-kupu
tanaman ini tidak membutuhkan tanah sebagai media tanamnya. Pertumbuhanya sangat cepat sehingga dalam waktu singkat dapat menutupi seluruh permukaan kolam.

2. Antanan ( pegegan air )
Disamping memiliki bentuk daun yang indah, tanaman ini juga menampilkan bunga yang cukup menarik, berwarna putih kehijauan. akan terlihat kompak bila sudah memiliki daun banyak


3. Kolocasia
Bentuk daunya yang seperti hati dan melebar memberikan daya tarik tersendiri. Warna ungu pada tangkai daun dan tulang daunpun memberikan warna kontras pada helaian daun.

1.3.2 Tanaman Hias Darat
Tanaman hias darat adalah tanaman hias yang hidupnya di darat (tanah), dan media tumbuhnyapun memerlukan tanah. Karena cadangan makanannya terdapat dalam tanah. Tanaman hias darat tak kalah pentingnya dalam memperindah taman kita, dan tanaman hias darat mempunyai beberapa kelompok seperti halnya tanaman hias air, antara lain: berdaun indah, berbatang indah, dan berbunga menawan.
Tanaman hias berbatang indah inilah yang menjadi pembeda dari tanaman hias air. Jika tanaman hias air hanya memamerkan daun dan bunga yang indah, sebaliknya tanaman hias darat tidak hanya memamerkan keindahan daun dan bunganya saja melainkan batangnya pun berperan penting dalam memperindah taman. Beberapa contoh keindahan yang dimiliki tanaman hias darat berbatang indah ini antara lain : berberntuk bulat, berbentuk lonjong, berliku-liku dan masih banyak pula bentuk yang lain yang ia miliki.

3.Tanaman hias darat berbatang indah
Adenium
disamping memiliki bentuk batang yang besar dan indah, tanaman ini juga menampilkan bunga yang cukup menarik di pan dang mata. Berwarna merah dan putih. Adenium akan terlihat indah jika batangnya sudah membentuk.



BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Untuk mengetahui sekam padi dan pengaruhnya pada pertumbuhan tanaman hias maka penulis melakukan penelitian. Dengan keterangan sebagai berikut.
3.1 Tempat
Penulis melakukan penelitian dilingkungan Pondok Pesantren Modern Assa’adah, tepatnya didepan asrama asyifa.

3.2 Waktu
Penelitia dilakukan mulai tanggal 9 Desember 2008 sampai dengan tanggal 10 Januari 2009 atau sekitar 33 Hari

3.3 Alat Dan Bahan
1) Pot berukuran sedang 3 buah
2) Buji tanaman hias Adenium
3) Sekam padi
4) Tanah humus
5) Air

3.4 Langkah Kerja
1) Siapkan 3 pot lalu beri tanda di setiap pot dengan tanda A, B, C, setelah ketiganya siap masukan masing masing pot gengan sekam, tanah humus, biji tanaman hias (Adenium). Masing masing pot mempunyai perbandingan yang berbeda, untuk pot yang pertama siapkan 4gr tanah humus, 2gr sekam lalu di campur rata setelah semuanya rata maka masukan 4 biji tanaman hias (Adenium). untuk pot yang kedua perlakuan sama hanya saja untuk sekam di tambah dari 2gr menjadi 4gr. Tempatkan pada tempat yang cahaya matahari nya cukup, lalu sirami denga air 2 kali sehari (pagi dan sore) atau minimal 1 kali sehari.


3.5 Hasil
Untuk memudahkan penbaca dalam memahami karya ilmiah ini maka penulis menyajikan dalam bentuk tabel, untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.

PERLAKUAN TINGI TANAMAN RATA RATA
1 2 3 4
A 2,1 2,6 3,2 3,6
B 2,4 2,7 4,2 5,9


3.5 Pembahasan
Dari hasil yang didapat pada tabel diatas, dapat di ketahui bahwa dalam pot A yang menggunakan perbandingan 4gr tanah, 2gr sekam dan 4 biji tanaman hias (adenium) ternyata hasilnya kurang baik. Lain halnya dengan pot B yang menggunakan perbandingan yang sama antara tanah dan sekam yaitu 4gr, mendapatkan hasil yang baik. Dari sini dapat di tarik kesimpulan bahwa sekam padi dapat dijadikan sebagai alternatif penganti pupuk.



PENUTUP

Setelah melalui urian dan pembahasan yang panjang pada bab – bab sebelumnya ada beberapa hal yang penulis rasa perlu untuk dijadikan sebagai landasan yaitu kesimpulan dari bab – bab sebelumnya agar pembaca dapat lebih mudah untuk memahami pembahasan pada karya ilmiah ini.

5.1 Kesimpulan
1. Pengertian sekam padi adalah suatu limbah organik yang dihasilkan dari kulit padi. Yang sebelumnya melalui proses-proses tertentu, diantara proses tersebut adalah melalui proses penggilingan dan melalui proses penumbukan.

2. Setelah diadakan penelitian tenyata sekam padi dapat berpengaruh dalam pertumbuhan tanaman hias dan dapat mempengaruhi kesuburan tanaman hias, karena pada sekam padi terdapat zat dan unsur makro ataupun mikro yang dibutuhkan oleh tanaman dalam peroses pertumbuhan dan prkembangan.

5.2 Saran
Sudah saatnya kita bangkit dari keterpurukan, kita sebagai bangsa indonesia yang sudah dikenal dan dicap "malas" dan tidak pernah berpikir rasional kedepan. Kini saatnya, kita memanfaatkan otak yang kita miliki untuk hal-hal yang bermanfaat yaitu dengan mengamati benda benda di sekeliling kita dan berfikir bagai mana menyulap benda tersebut menjadi benda yang bermanfaat, berharga dan memiliki nilai ekonomi. Contoh kecilnya limbah hasil dari pengilingan padi yang sering kita sebut sekam padi. Benda yang kita anggap tak memiliki manfaat dan nilai ekonomi, jika kita dapat mengaplikasikanya dalam sektor pertanian. Maka dari itu jangan pernah merasa malu dan engan untuk mencari terobosan baru. Jangan menganggap remeh sesuatu walaupun benda tersebut tidak memiliki unsur keistimewaan. Latihlah otak kita untuk berfikir kedepan dan ciptakanlah revolusi yang baru.

Paper Buang



LANDASAN TEORI
2.1 Bekicot (Achatina fulica)
2.1.1 Sejarah singkat bekicot
Bekicot berasal dari Afrika Timur, tersebar keseluruh dunia dengan waktu relatif singkat, karena hewan ini berkembang biak secara cepat, bekicot tersebar ke arah timur kepulauan Mauritus, India, Malaysia, dan Indonesia. Sejak tahun 1933 telah ada disekitar Indonesia, jenis Achatina fulica masuk keindonesia pada tahun 1942 (masa penduduk Jepang). Dan bekicot jenis Achatina fulica banyak terdapat di pulau Jawa.
2.1.2 Klasifikasi bekicot (Achatina fulica )
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Palmunata
Sub-ordo : Stylummatophora
Family : Achatinadae
Genus : Achatina
Spesies : Achatina fulica
Nama daerah : Keong (sunda), Kiong (jawa)
Nama asing : Snail (inggris), Escargot (perancis)
2.1.3 Ciri Dan Susunan Tubuh Bekicot (Achatina fulica)
Bekicot memiliki tubuh yang lunak dan dilindungi oleh cangkang (shell) yang keras, pada bagian interior dijumpai dua pasang antena yang masing-masing ujungnya terdapat mata, pada ujung interior bawah terdapat mulut yang dilengkapi dengan gigi parut (radula), lubang genetalila terdapat pada bagian samping sebelah kanan, sedangkan anus dan lubang pernafasan terdapat di bagian samping tepi mantel tubuh dekat dengan cangkok.



Sumber : www.iptek.com
2.1.4 Peranan
Bekicot merupakan hewan merayap, hewan ini selain digunakan sebagai konsumsi hewan ternak, digunakan sebagai obat tradisional, sebagai obat sakit gigi, patah tulang, gatal, penutup luka, dan juga merupakan sumber protein hewani yang bermutu tinggi. Selain itu, bekicot juga merupakan hama atau hewan perusak tanaman atau sayuran.
2.2 Makanan Sehat
2.2.1 Menu Seimbang
Bahan makanan yang memenuhi syarat empat sehat lima sempurna, empat sehat berupa : nasi, sayur, lauk, dan buah. Keempatnya telah memenuhi tuntunan kesehatan, karena telah mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh, yaitu : karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air.
2.2.2 Tujuh Kelompok Bahan Makanan Pokok
Tujuh kelompok bahan makanan adalah sebagai berikut :
1. Kelompok bahan-bahan makanan asal susu sebagai sumber makanan yang lengkap ( karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan air).
2. Kelompok daging dan kacang-kacangan sebagai sumber lemak, vitamin B, dan mineral. ( ikan, unggas, telur, dan kacang-kacangan.)
3. Kelompok minyak sebagai sumber vitamin A. ( margarien, minyak kelapa sawit, dan minyak kedelai.)
4. Kelompok beras sebagai sumber karbohidrat, dan vitamin B. ( padi, jagung, sagu, dan ubi-ubian.)
5. Kelompok sayur-sayuran hijau dan sebagai sumber vitamin. Misalnya : wortel
6. Kelompok buah-buahan berwarna dan berair sebagai sumber vitamin C dan vitamin A.
7. Kelompok umbi-umbian dan buah sebagai sumber zat gula, vitamin A, vitamin C, mineral dan karbohidrat.
Dari ketujuh kelompok diatas, daging bekicot termasuk ke dalam kelompok daging dan kacang-kacangan.
Nilai Gizi Dan Kriteria Makanan Bermutu
1. Bergizi tinggi
2. Higienis
3. Mudah dicerna
4. Cukup kalori
5. Warna, rasa dan baunya membangkitkan selera
2.2.3 Zat Makanan
1. Protein
Protein bersifat amfoter, artinya protein dapat bekerja dalam kondisi asam atau basa, salah satu fungsi protein didalam tubuh adalah sebagai pengatur metabolisme, dalam satu gram protein akan menghasilkan 4,0 kilo kalori.
2. Lemak
Lemak merupakan senyawa organik yang tidak larut dengan air, lemak mengandung energi tinggi, satu gram lemak menghasilkan lebih dari 9,3 kalori energi.
3. Karbohidrat
Karbohidrat berfungsi sebagi sumber energi dan berperan sebagai komponen struktur sel, memulihkan tekanan osmosis dalam sel.
4. Vitamin
Vitamin merupakan senyawa organik yang hanya diperoleh dari lingkungan dengan jumlah yang sangat kecil, dan berfungsi sebagai oksidasi biologis.
5. Air
Merupakan senyawa yang sangat penting bagi makhluk hidup dan memiliki fungsi sebagai :
1. Mengangkut makanan ke jaringan tubuh
2. Mengangkut sisa metabolisme dari jaringan ke luar tubuh
3. Medium berbagai reaksi kimia dalam tubuh
Air yang masuk kedalam tubuh berasal dari air minum, makanan, buah-buahan, sayuran,dan makanan



Paper Martia Awalia

A. Prestasi Belajar

1. Pengertian Belajar

Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari berbuatan belajar, karena belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari proses pembelajaran tersebut.
Bagi seorang siswa belajar merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa tersebut.

“Belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu pelajar mempergunakan pancainderanya. Pancaindera tidak terbatas hanya indera pengelihatan saja, tetapi juga berlaku bagi indera yang lain.”
Belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam diri siswa, namun tidak semua perubahan perilaku dapat dikatakan belajar karena perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri perwujudan yang khas (Muhibbidin Syah, 2000:116) antara lain :
a. Perubahan Intensional
Perubahan dalam proses berlajar adalah karena pengalaman atau praktek yang dilakukan secara sengaja dan disadari. Pada ciri ini siswa menyadari bahwa ada perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan dan keterampilan.
b. Perubahan Positif dan aktif
Positif berarti perubahan tersebut baik dan bermanfaat bagi kehidupan serta sesuai dengan harapan karena memperoleh sesuatu yang baru, yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan aktif artinya perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha dari siswa yang bersangkutan.
c. Perubahan efektif dan fungsional
Perubahan dikatakan efektif apabila membawa pengaruh dan manfaat tertentu bagi siswa. Sedangkan perubahan yang fungsional artinya perubahan dalam diri siswa tersebut relatif menetap dan apabila dibutuhkan perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan lagi.
Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, secara sengaja, disadari dan perubahan tersebut relatif menetap serta membawa pengaruh dan manfaat yang positif bagi siswa dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

2. Pengertian prestasi belajar

Untuk mendapatkan suatu prestasi tidaklah semudah yang dibayangkan, karena memerlukan perjuangan dan pengorbanan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi.
Penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauhmana ia telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar. Seperti yang dikatakan oleh Winkel (1997:168) bahwa proses belajar yang dialami oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan dan pemahaman, dalam bidang nilai, sikap dan keterampilan. Adanya perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa terhadap pertanyaan, persoalan atau tugas yang diberikan oleh guru. Melalui prestasi belajar siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar.
Sedangkan Marsun dan Martaniah dalam Sia Tjundjing (2000:71) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan baik. Hal ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa.
.
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada jangka waktu tertentu yang dicatat pada setiap akhir semester di dalam buki laporan yang disebut rapor.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.

Untuk meraih prestasi belajar yang baik, banyak sekali faktor yang perlu diperhatikan, karena di dalam dunia pendidikan tidak sedikit siswa yang mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi dan kesempatan untuk meningkatkan prestasi, tapi dalam kenyataannya prestasi yang dihasilkan di bawah kemampuannya.
Untuk meraih prestasi belajar yang baik banyak sekali faktor-faktor yang perlu diperhatikan. Menurut Sumadi Suryabrata (1998 : 233) dan Shertzer dan Stone (Winkle, 1997 : 591), secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.:
a. Faktor internal
Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
1). Faktor fisiologis
Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera
a) Kesehatan badan
Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan fisik yang lemah dapat menjadi penghalang bagi siswa dalam menyelesaikan program studinya. Dalam upaya memelihara kesehatan fisiknya, siswa perlu memperhatikan pola makan dan pola tidur, untuk memperlancar metabolisme dalam tubuhnya. Selain itu, juga untuk memelihara kesehatan bahkan juga dapat meningkatkan ketangkasan fisik dibutuhkan olahraga yang teratur.
b) Pancaindera
Berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem pendidikan dewasa ini di antara pancaindera itu yang paling memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga. Hal ini penting, karena sebagian besar hal-hal yang dipelajari oleh manusia dipelajari melalui penglihatan dan pendengaran. Dengan demikian, seorang anak yang memiliki cacat fisik atau bahkan cacat mental akan menghambat dirinya didalam menangkap pelajaran, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah.
2) Faktor psikologis
Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, antara lain adalah :
a) Intelligensi
Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan yang dimiliki siswa. Menurut Binet (Winkle,1997 :529) hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan suatu penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif. Taraf inteligensi ini sangat mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa, di mana siswa yang memiliki taraf inteligensi tinggi mempunyai peluang lebih besar untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki taraf inteligensi yang rendah diperkirakan juga akan memiliki prestasi belajar yang rendah. Namun bukanlah suatu yang tidak mungkin jika siswa dengan taraf inteligensi rendah memiliki prestasi belajar yang tinggi, juga sebaliknya .
b) Sikap
Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat merupakan faktor yang menghambat siswa dalam menampilkan prestasi belajarnya. Menurut Sarlito Wirawan (1997:233) sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap siswa yang positif terhadap mata pelajaran di sekolah merupakan langkah awal yang baik dalam proses belajar mengajar di sekolah.
c) Motivasi
Menurut Irwanto (1997 : 193) motivasi adalah penggerak perilaku. Motivasi belajar adalah pendorong seseorang untuk belajar. Motivasi timbul karena adanya keinginan atau kebutuhan-kebutuhan dalam diri seseorang. Seseorang berhasil dalam belajar karena ia ingin belajar. Sedangkan menurut Winkle (1991 : 39) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar itu; maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas ialah dalam hal gairah atau semangat belajar, siswa yang termotivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.
b. Faktor eksternal
Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain diluar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih, antara lain adalah :
1). Faktor lingkungan keluarga
a) Sosial ekonomi keluarga
Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik, mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan sekolah
b). Pendidikan orang tua
Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan yang mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah.
c). Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga
Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat berpretasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa secara langsung, berupa pujian atau nasihat; maupun secara tidak langsung, seperti hubugan keluarga yang harmonis.
2). Faktor lingkungan sekolah
a). Sarana dan prasarana
Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP akan membantu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah; selain bentuk ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan sekitar sekolah juga dapat mempengaruhi proses belajar mengajar
b). Kompetensi guru dan siswa
Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih prestasi, kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja yang baik dari para penggunanya akan sia-sia belaka. Bila seorang siswa merasa kebutuhannya untuk berprestasi dengan baik di sekolah terpenuhi, misalnya dengan tersedianya fasilitas dan tenaga pendidik yang berkualitas , yang dapat memenihi rasa ingintahuannya, hubungan dengan guru dan teman-temannya berlangsung harmonis, maka siswa akan memperoleh iklim belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, ia akan terdorong untuk terus-menerus meningkatkan prestasi belajarnya.
c). Kurikulum dan metode mengajar
Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan materi tersebut kepada siswa. Metrode pembelajaran yang lebih interaktif sangat diperlukan untuk menumbuhkan minat dan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sarlito Wirawan (1994:122) mengatakan bahwa faktor yang paling penting adalah faktor guru. Jika guru mengajar dengan arif bijaksana, tegas, memiliki disiplin tinggi, luwes dan mampu membuat siswa menjadi senang akan pelajaran, maka prestasi belajar siswa akan cenderung tinggi, palingtidak siswa tersebut tidak bosan dalam mengikuti pelajaran.
3). Faktor lingkungan masyarakat
a). Sosial budaya
Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik. Masyarakat yang masih memandang rendah pendidikan akan enggan mengirimkan anaknya ke sekolah dan cenderung memandang rendah pekerjaan guru/pengajar
b). Partisipasi terhadap pendidikan
Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat bawah, setiap orang akan lebih menghargai dan berusaha memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Raport biasanya menggambil nilai dari angka 1 sampai dengan 10, terutama pada siswa SD sampai SMP, tetapi dalam kenyataan nilai terendah dalam rapor yaitu 4 dan nilai tertinggi 9. Nilai-nilai di bawah 5 berarti tidak baik atau buruk, sedangkan nilai-nilai di atas 5 berarti cukup baik, baik dan sangat baik.
Dalam penelitian ini pengukuran prestasi belajar menggunakan penilaian sebagai pengukur keberhasilan (fungsi formatif), yaitu nilai-nilai raport pada akhir masa semester I.

B. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian emosi

Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995)
Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), Rage(kemarahan), Love (cinta). Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu :
a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati
b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa
c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri
d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga
e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kemesraan, kasih
f. Terkejut : terkesiap, terkejut
g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka
h. malu : malu hati, kesal
Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan, karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah menguasai kehidupan emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih dengan baik akan memiliki kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran, nilai, dan kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat dengan mudah menjadi tak terkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi.

2. Pengertian kecerdasan emosional

Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan.
Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ sebagai :
“himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.” (Shapiro, 1998:8).
Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional.
Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. Selain itu, EQ tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan. (Shapiro, 1998-10).
Menurut Gardner, kecerdasan pribadi terdiri dari :”kecerdasan antar pribadi yaitu kemampuan untuk memahami orang lain, apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana bekerja bahu membahu dengan kecerdasan. Sedangkan kecerdasan intra pribadi adalah kemampuan yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri. Kemampuan tersebut adalah kemampuan membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri serta kemampuan untuk menggunakan modal tadi sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif.” (Goleman, 2002 : 52).
Dalam rumusan lain, Gardner menyatakan bahwa inti kecerdasan antar pribadi itu mencakup “kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain.” Dalam kecerdasan antar pribadi yang merupakan kunci menuju pengetahuan diri, ia mencantumkan “akses menuju perasaan-perasaan diri seseorang dan kemampuan untuk membedakan perasaan-perasaan tersebut serta memanfaatkannya untuk menuntun tingkah laku”. (Goleman, 2002 : 53).
Berdasarkan kecerdasan yang dinyatakan oleh Gardner tersebut, Salovey (Goleman, 200:57) memilih kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal untuk dijadikan sebagai dasar untuk mengungkap kecerdasan emosional pada diri individu. Menurutnya kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.
Menurut Goleman (2002 : 512), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan emosional adalah kemampuan siswa untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.
Goleman mengutip Salovey (2002:58-59) menempatkan menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memperluas kemapuan tersebut menjadi lima kemampuan utama, yaitu :
a. Mengenali Emosi Diri
Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 64) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi.
b. Mengelola Emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita (Goleman, 2002 : 77-78). Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.
c. Memotivasi Diri Sendiri
Presatasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.
d. Mengenali Emosi Orang Lain
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut Goleman (2002 :57) kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.
Rosenthal dalam penelitiannya menunjukkan bahwa orang-orang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu menyesuiakan diri secara emosional, lebih populer, lebih mudah beraul, dan lebih peka (Goleman, 2002 : 136). Nowicki, ahli psikologi menjelaskan bahwa anak-anak yang tidak mampu membaca atau mengungkapkan emosi dengan baik akan terus menerus merasa frustasi (Goleman, 2002 : 172). Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain.
e. Membina Hubungan
Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi (Goleman, 2002 : 59). Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang lain.
Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini populer dalam lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan karena kemampuannya berkomunikasi (Goleman, 2002 :59). Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana siswa mampu membina hubungan dengan orang lain. Sejauhmana kepribadian siswa berkembang dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis mengambil komponen-komponen utama dan prinsip-prinsip dasar dari kecerdasan emosional sebagai faktor untuk mengembangkan instrumen kecerdasan emosional

C. Keterkaitan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa SMP

Di tengah semakin ketatnya persaingan di dunia pendidikan dewasa ini, merupakan hal yang wajar apabila para siswa sering khawatir akan mengalami kegagalan atau ketidak berhasilan dalam meraih prestasi belajar atau bahkan takut tinggal kelas.
Banyak usaha yang dilakukan oleh para siswa untuk meraih prestasi belajar agar menjadi yang terbaik seperti mengikuti bimbingan belajar. Usaha semacam itu jelas positif, namun masih ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam mencapai keberhasilan selain kecerdasan ataupun kecakapan intelektual, faktor tersebut adalah kecerdasan emosional. Karena kecerdasan intelektual saja tidak memberikan persiapan bagi individu untuk menghadapi gejolak, kesempatan ataupun kesulitan-kesulitan dan kehidupan. Dengan kecerdasan emosional, individu mampu mengetahui dan menanggapi perasaan mereka sendiri dengan baik dan mampu membaca dan menghadapi perasaan-perasaan orang lain dengan efektif. Individu dengan keterampilan emosional yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan berhasil dalam kehidupan dan memiliki motivasi untuk berprestasi. Sedangkan individu yang tidak dapat menahan kendali atas kehidupan emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merusak kemampuannya untuk memusatkan perhatian pada tugas-tugasnya dan memiliki pikiran yang jernih.
Sebuah laporan dari National Center for Clinical Infant Programs (1992) menyatakan bahwa keberhasilan di sekolah bukan diramalkan oleh kumpulan fakta seorang siswa atau kemampuan dininya untuk membaca, melainkan oleh ukuran-ukuran emosional dan sosial : yakni pada diri sendiri dan mempunyai minat; tahu pola perilaku yang diharapkan orang lain dan bagaimana mengendalikan dorongan hati untuk berbuat nakal; mampu menunggu, mengikuti petunjuk dan mengacu pada guru untuk mencari bantuan; serta mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan saat bergaul dengan siswa lain. Hampir semua siswa yang prestasi sekolahnya buruk, menurut laporan tersebut, tidak memiliki satu atau lebih unsur-unsur kecerdasan emosional ini (tanpa memperdulikan apakah mereka juga mempunyai kesulitan-kesulitan kognitif seperti kertidakmampuan belajar). (Goleman, 2002:273).
Penelitian Walter Mischel (1960) mengenai “marsmallow challenge” di Universitas Stanford menunjukkan anak yang ketika berumur empat tahun mampu menunda dorongan hatinya, setelah lulus sekolah menengah atas, secara akademis lebih kompeten, lebih mampu menyusun gagasan secara nalar, seta memiliki gairah belajar yang lebih tinggi. Mereka memiliki skor yang secara signifikan lebih tinggi pada tes SAT dibanding dengan anak yang tidak mampu menunda dorongan hatinya (dalam Goleman, 2002 : 81).
Individu yang memiliki tingkat kecerdasan emosional yang lebih baik, dapat menjadi lebih terampil dalam menenangkan dirinya dengan cepat, jarang tertular penyakit, lebih terampil dalam memusatkan perhatian, lebih baik dalam berhubungan dengan orang lain, lebih cakap dalam memahami orang lain dan untuk kerja akademis di sekolah lebih baik (Gottman, 2001:xvii).
Keterampilan dasar emosional tidak dapat dimiliki secara tiba-tiba, tetapi membutuhkan proses dalam mempelajarinya dan lingkungan yang membentuk kecerdasan emosional tersebut besar pengaruhnya. Hal positif akan diperoleh bila anak diajarkan keterampilan dasar kecerdasan emosional, secara emosional akan lebih cerdas, penuh pengertian, mudah menerima perasaan-perasaan dan lebih banyak pengalaman dalam memecahkan permasalahannya sendiri, sehingga pada saat remaja akan lebih banyak sukses disekolah dan dalam berhubungan dengan rekan-rekan sebaya serta akan terlindung dari resiko-resiko seperti obat-obat terlarang, kenakalan, kekerasan serta seks yang tidak aman (Gottman, 2001 : 250).
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang penting yang seharusnya dimiliki oleh siswa yang memiliki kebutuhan untuk meraih prestasi belajar yang lebih baik di sekolah..

D. Hipotesis

1. Hipotesis alternatif (Ha) : “Ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan Prestasi belajar”2. Hipotesis nihil (Ho) : “Tidak ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan Prestasi belajar”
Dalam metode penelitian ini diuraikan mengenai identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, metode pengumpulan data, metode analisis instrumen serta metode analisis data.

A. Identifikasi variabel penelitian

Berdasarkan landasan teori yang ada serta rumusan hipotesis penelitian maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah :
1.. Variabel bebas : Kecerdasan Emosional
2. Variabel terikat : Prestasi Belajar

C. Populasi dan metode pengambilan sampel

1. Populasi
populasi adalah seluruh penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
111 SMP PONDOK PESANTREN ASSA’DAH tahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak sekolah, jumlah populasi kelas 111 SMP ASSA’DAH sebanyak 145orang.
2. Metode Pengambilan Sampel
Mengacu pada tabel Morgan maka diperoleh jumlah sampel sebesar 148 orang. Adapun metode pengambilan sampel yang dipakai pada penelitian ini adalah menggunakan teknik proporsional random sampling. Menurut Sutrisno Hadi (1996:223) alasan penulis menggunakan random sampling ini adalah memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Selain hal tersebut, Sutrisno Hadi (1996:223) mengatakan suatu cara disebut random apabila peneliti tidak memilih-milih individu yang akan ditugaskan untuk menjadi sampel penelitian. Teknik random sampling yang dipergunakan adalah dengan cara undian. Langkah pertama adalah dengan memberi nomor urut pada masing-masing sampel, setelah membuat nomor yang dimasukkan kedalam gelas yang berlubang kemudian diambil sebanyak 148 kali. Nomor yang keluar dipergunakan sebagai sampel penelitian. Sedangkan yang dimaksud dengan proporsional adalah dimana tiap-tiap sub populasi mendapat bagian atau kesempatan yang sama untuk menjadi sampel dalam penelitian.
Menurut M. Nasir (1988:360), untuk prosedur pengambilan sampel dengan metode proporsional random sampling dipergunakan rumus sebagai berikut :
ni =
Keterangan : ni : Jumlah sampel per sub populasi
Ni : Total sub populasi
N : Total populasi
n : Besarnya sample
Berdasarkan kriteria sampel di atas maka diperoleh distribusi sampling sebagai berikut :
Kelas
2A
2B
2C
2D
2E
2F
Jumlah
Populasi
40
42
40
38
42
38
240
Sampel
25
26
25
23
26
23
148

D. Metode pengambilan data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan menggunakan metode skala, yaitu suatu metode pengambilan data di mana data-data yang diperlukan dalam penelitian diperoleh melalui pernyataan atau pertanyaan tertulis yang diajukan responden mengenai suatu hal yang disajikan dalam bentuk suatu daftar pertanyaan (Koentjaraningrat, 1994 : 173).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan skala kecerdasan emosional dan metode dokumentasi.
1. Skala kecerdasan emosional
Skala kecerdasan emosional terdiri dari aspek mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati), bekerjasama dengan orang lain (Goleman, 2002 : 57) yang berguna untuk mengukur sejauhmana kecerdasan emosional dipahami siswa kelas 111 SMP ASSA’ADAH Penyusunan alat ukur ini untuk lebih jelasnya dijabarkan dalam bentuk Blue Print pada tabel berikut ini :
No
Faktor
Indikator
Nomor Item
jumlah

Favorable
Unfavorable

1.
Mengenali Emosi Diri
a.Mengenali dan memahami emosi diri sendiri
1,14,21,25,39
6,45,55,65,67
10

b.Memahami penyebab timbulnya emosi
2,3,38,46,72
28,68,77,83,94
10

2.
Mengelola Emosi
a) Mengendalikan
Emosi
15,22,34,40,51


7,56,62,66,78
10
b) Mengekspresikan emosi dengan tepat
4,8,16,47,84
29,69,73,79, 89
10

3
Memotivasi diri sendiri
a. Optimis
5,17,41,87,90
35,57,61,95,97
10

b. Dorongan berprestasi
9,18,58,74,80
26,30,42,48,70
10

4
Mengenali Emosi Orang lain
a. Peka terhadap perasaan orang lain
10,27,31,52,81
19,36,63,85,91
10

b. Mendengarkan masalah orang lain
59,75,92,96,98
11,23,43,49,100
10

5
Membina Hubungan
a. Dapat bekerja sama
32,53,71,76,88
12,20,37,93,99
10

b. Dapat berkomunikasi.
13,24,60,64,86
33,44,50,54,82
10




T O T A L

100

Skala kecerdasan emosional disusun dengan menggunakan Skala Likert yang dimodifikasi yang terdiri dari 4 alternatif jawaban,dengan alasan :
a). Kategori indecisided, yaitu mempunyai arti ganda, bisa juga diartikan netral atau ragu-ragu
b). Dengan tersedianya jawaban di tengah, menimbulkan kecenderungan jawaban di tengah (central tendency effect)
c). Maksud jawaban dengan empat tingkat kategori untuk melihat kecenderungan pendapat responden kearah tidak sesuai, sehingga dapat mengurangi data penelitian yang hilang. (Sutrisno Hadi, 1991 : 19-20).
Sistem penilaian skala dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Item Favorable : sangat setuju (4), , setuju (3), tidak setuju (2), sangat tidak setuju (1)
b) Item Unfavorable : sangat setuju (1), setuju (2), tidak setuju (3), sangat tidak setuju (4).
2. Metode Dokumentasi
Menurut Kartini Kartono (1990 : 73) teknik pemeriksaan dokumen adalah pengumpulan informasi dan data secara langsung sebagai hasil pengumpulan sendiri. Data yang dikumpulkan tersebut adalah bersifat orisinil untuk dapat dipergunakan secara langsung. Teknik pemeriksaan dokumen ini khusus digunakan untuk melakukan pengumpulan data terhadap prestasi belajar.
Adapun teknik pengumpulan data terhadap prestasi belajar ini adalah dengan mengambil data yang sudah tersedia, yaitu nilai IP (indeks prestasi) pada semester satu sebagai subyek penelitian yang merupakan hasil penilaian oleh pihak akademis. Data dari prestasi belajar ini dikumpulkan dengan cara melihat hasil rapor semester I dari seluruh subyek penelitian. Mata pelajaran kelas 111 yaitu : Pendidikan Agama PPKN, Bahasa dan Sastra Indonesia., Sejarah Nasional dan Sejarah Umum, Bahasa Inggris, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Ekonomi, Sosiologi dan Geografi.
Penilaian prestasi belajar tersebut merupakan hasil evaluasi dari suatu proses belajar formal yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif (angka) yang terdiri antara 1 sampai 10. Hasil ini dapat dilihat dari nilai rata-rata raport siswa yang diberikan oleh pihak guru dalam setiap masa akhir tertentu (6 bulan) untuk sekolah lanjutan.

F. Metoda Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk melihat hubungan antara kecerdasan emosional dengn prestasi belajar adalah dengan menggunakan korelasi product moment dari Karl Pearson. Cara penghitungannya dibantu dengan menggunakan program SPSS 11.01 for window.

BAB IV
LAPORAN PELAKSANAAN

No
Faktor
Indikator
Nomor Item
jumlah
Favorable
Unfavorable
1.
Mengenali Emosi Diri
a.Mengenali dan memahami emosi diri sendiri
1*,14,21*,25,39
6,45,55,65,67
8
b.Memahami penyebab timbulnya emosi
2,3,38*,46*,72
28,68,77,83,94
8
2.
Mengelola Emosi
a. Mengendalikan
emosi
15,22,34,40,51*
7,56,62,66,78*
8
b. Mengekspresikan emosi dengan tepat
4,8,16,47*,84*
29,69,73,79,89*
7
3
Memotivasi diri sendiri
a. Optimis
5,17,41,87,90
35,57,61,95,97
10
b. Dorongan berprestasi
9,18,58,74*,80
26,30,42,48,70
9
4
Mengenali Emosi Orang lain
a. Peka terhadap perasaan orang lain
10,27,31,52,81
19,36,63,85,91
10
b. Mendengarkan masalah orang lain
59,75,92,96,98*
11,23,43*,49,
100
8
5
Membina Hubungan
a. Dapat bekerja sama
32,53,71,76*,88
12,20,37,93,99
9
b. Dapat berkomunikasi.
13,24,60*,64,86*
33,44,50,54,82
8



T O T A L

85
*) item yang gugur
Tujuan diadakan analisis data adalah untuk menguji hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini yaitu melihat ada atau tidaknya hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 111 SMP Berdasarkan data yang ada, karena p = 0,002 (<>

BAB V
KESIMPULAN

Adapun penulisan Bab V ini dimulai dengan rangkuman hasil penelitian, dilanjutkan dengan Pembahasan serta kesimpulan, dan diakhiri dengan saran-saran.

A. Rangkuman Hasil Penelitian

Berdasarkan dari latar belakang penelitian ini dan dari teori yang digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa kelas 111 SMP ASSA’ADAH maka dapat dibuktikan bahwa ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar.
Melalui uji statistik yang dilakukan pada dasarnya hasil penelitian sesuai dengan landasan teori yang digunakan pada penelitian. Diketahui bahwa setinggi-tingginya IQ menyumbang sekitar 20% bagi kesuksesan seseorang dan yang 80% sisanya diisi oleh kekuatan lain yang menurut Daniel Goleman salah satunya adalah kecerdasan emosional seseorang .
Dari hasil skala kecerdasan emosional dengan pernyataan sebanyak 85 item yang disusun berdasarkan skala likert yang dimodifikasi dengan alternatif jawaban yaitu : sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju. Cara penilaian dengan memberikan nilai antara satu sampai empat berdasarkan kriteria pernyataan favorabel dan unfavorabel. Analisis data dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari Pearson dengan bantuan program SPSS versi 11.01. Penelitian dilakukan di PONPES ASSA’ADAH Teknik pengambilan sampel menggunakan proporsional random sampling cara undian.
Hasil penelitian dari data analisis korelasi product moment menunjukkan korelasi (r) sebesar 0,248 dengan p = 0,002, hal ini menunjukkan adanya korelasi antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar dengan arah hubungan positif. Artinya, jika kecerdasan emosional tinggi, maka prestasi belajar tinggi dan sebaliknya.

B. Pembahasan

Berdasarkan analisis data penelitian menunjukkan korelasi (rxy) sebesar 0,248 dengan p = 0.002 <>111 SMP PONPES ASSA’ADAH
Rendahnya peranan kecerdasan emosi terhadap prestasi belajar disebabkan oleh banyaknya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar itu sendiri. Prestasi belajar menunjukkan taraf kemampuan siswa dalam mengikuti program balajar dalam waktu tertentu sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan. Tes prestasi belajar yang diukur adalah pengetahuan yang dimiliki siswa (soal hafalan) dan bagaimana menerapkan pengetahuan tersebut untuk menyelesaikan soal-soal yang ada (soal hitungan, analisis masalah). Di tingkatSMP, umumnya soal-soal yang diberikan masih pada tingkat kompetensi recall, tingkat kompetensi aplikasi dan analisis cenderung hanya diterapkan pada mata pelajaran matematika, fisika dan kimia. Prestasi belajar biasanya ditunjukkan dalam bentuk huruf atau angka, yang tinggi rendahnya menunjukkan seberapa jauh siswa telah menguasai bahan yang telah diberikan, tetapi hal tersebut sudah tidak dapat diterima lagi karena hasil rapor tidak hanya menunjukkan seberapa jauh siswa telah menguasai materi pelajaran yang telah diberikan. Presatasi belajar juga dipengaruhi oleh perilaku siswa, kerajinan dan keterampilan atau sikap tertentu yang dimiliki siswa tersebut, yang dapat diukur dengan standar nilai tertentu oleh guru yang bersangkutan agar mendekati nilai rata-rata.
Perbedaan budaya dalam pengekspresian emosi dalam suatu negara dengan negara lain juga dapat berpengaruh terhadap rendahnya kecerdasan emosi seseorang. Pengekspresian emosi yang dianggap benar di suatu negara mungkin dianggap tidak benar atau tidak pantas di negara lain. Khususnya di Asia, orang dianjurkan memendam dan menyembunyikan perasaan negatif. Dalam penelitian ini, karena belum adanya skala kecerdasan emosional yang baku di Indonesia, maka penulis berusaha membuat sendiri skala kecerdasan emosional sebanyak 100 item berdasarkan faktor-faktor yang diadaptasi dari teori Daniel Goleman yang digunakan di Amerika, yaitu : mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan. Dari 100 item tersebut ada 15 item yang gugur. Hal tersebut terlihat pada observasi di lapangan, beberapa subyek merasa kesulitan menentukan pilihan jawaban. mereka merasa ragu-ragu dalam menetapkan pilihan, sehingga ada yang mengatakan mengapa tidak ada pilihan ragu-ragu. Serta karena banyaknya jumlah pernyataan yang harus diisi dalam waktu yang terbatas, merasa bosan sehingga kurang konsentrasi dalam menjawab walau pada akhirnya mereka mampu mengisi seluruh pernyataan tersebut.
Selain itu, beberapa studi juga menegaskan terpisahnya kecerdasan emosional dari kecerdasan akademis, dan menemukan kecilnya hubungan atau tiadanya hubungan antara nilai tes prestasi akademis atau IQ dan perasaan sejahtera emosional seseorang, sebab orang yang mengalami amarah atau depresi yang hebat masih bisa merasa sejahtera bila mereka mempunyai kompensasi berupa saat-saat menyenangkan atau membahagiakan (Goleman, 2002 :78). Dari hasil survey besar-besaran di Amerika terhadap orang tua dan guru menunjukkan bahwa anak-anak generasi sekarang lebih sering mengalami masalah emosi daripada generasi terdahulu. Rata-rata, anak-anak sekarang tumbuh dalam kesepian dan depresi, lebih mudah marah dan lebih sulit diatur, lebih gugup dan cenderung cemas, lebih impulsif dan agresif. Hal serupa juga terjadi di negara-negara lain. Menurut Dr. Thomas Achenbach, psikolog dari University of Vermont yang melakukan penelitian tersebut di negara lain mengatakan bahwa menurunnya kemampuan-kemampuan dasar pada anak-anak ini tampaknya bersifat mendunia. Tanda-tanda paling jelas mengenai penurunan ini terlihat dari bertambahnya kasus kaum muda yang mengalami masalah-masalah seperti putus asa terhadap masa depan dan keterkucilan, penyalahgunaan obat bius, kriminalitas dan kekerasan, depresi atau masalah makan, kehamilan tidak diinginkan, kenakalan dan putus sekolah (Goleman, 2001 :17). Seperti yang telah dijelaskan dalam bab terdahulu bahwa anak yang mendapatkan pendidikan emosi lebih mampu mengatasi masalah-masalah yang terjadi disekitar mereka dan mampu memenuhi tuntutan akademis di sekolah.
Kecerdasan emosi itu sendiri tidak diajarkan secara khusus di sekolah dan tidak tercatat dalam dokumen rapor, seperti nilai-nilai pelajaran ataupun keterampilan lainnya sehingga tidak ada sumbangan secara langsung terhadap peningkatan prestasi belajar.

C. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 111 SMP PONPES ASSADAH.

D. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut :
  1. Untuk mengembangkan dan mengoptimalkan kecerdasan emosional yang berperan dalam keberhasilan siswa baik di sekolah maupun di lingkungan sekitarnya, maka disarankan kepada pihak sekolah terutama guru-guru pengajar agar memasukkan unsur-unsur kecerdasan emosioal dalam menyampaikan materi serta melibatkan emosi siswa dalam proses pembelajaran.
  2. Bagi para meneliti untuk penelitian selanjutnya sebaiknya di dalam pengambilan data tentang prestasi belajar tidak menggunakan seluruh mata pelajaran melainkan difokuskan pada satu atau dua mata pelajaran saja sehingga hasil dari data tersebut sesuai dengan yang diharapkan.