Sabtu, 31 Mei 2014

Noise dalam Shalat

Ada tiga (at least) hal-hal yang mengganggu saat kita shalat,kusebut ini “noise”. Yang berarti “bising”. Karena sifatnya memang bising, berisik, atau dalam bahasa “ibu”ku, “beribin!”. Noise inilah yang mengganggu kita saat asyik masyuk beribadah shalat.

Noise bukan cuma suara dangdutan tetangga sebelah atau lagu klasik yang “konon” mencerdaskan anak. Noise berarti kebisingan suara, virtual, apalagi internal. Semua yang datangnya dari telinga udah dipastikan noise suara. Semua yang mengganggu pikiran yang datangnya dari mata, itu termasuk virtual, dan semua yang datangnya dari internal dalam tubuh termasuk dalam noise internal.

Masih agak bingung sob?mari kita usut satu persatu contoh kasus noise ini :

Contoh-contoh Noise suara : musik,bahkan lagunya raihan atau band tabok sekalipun masuk dalam kategori sound noise. Tapi kan islami? Ya tetep aja sob ganggu konsentrasi shalat kita. hati membaca doa tapi pikiran mendendagkan lagunya. Noise adalah noise bagaimanapun bentuknya. Tapi…bukan berarti islam tak memiliki toleransi dalam urusan noise ini. Ketika kita sedang melakukan shalat lalu mendengar orang mengucapkan salam di rumah kita, kita harus menyahutnya dengan berdehem. Hal ini dijelaskan dalam satu hadits :

Dari Ali karramallahu wajhah, ia berkata : “ saya diperbolehkan oleh Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam datang kepada beliau, baik diwaktu siang atau diwaktu malam. Dan apabila saya datang kepada beliau diwaktu beliau sedang sholat, beliau mendehem-dehem kepada saya (untuk mengizinkan saya ). (H.R Ahmad, Ibnu Majah dan Nasa’i)
*Aku ingin sekali menuliskan versi bahasa arabnya,mungkin nanti saat kutemukan. Rasanya selalu ada yang kurang hanya dengan mencantumkan hadits tanpa menampilkan bahasa “ibu”nya.

Contoh-contoh noise virtual : jaman dulu, nabi pernah berkata untuk mengganti tirai rumah atau kain yang berwarna terang benderang karena hal itu mengganggunya saat shalat. Dari cerita tersebut bisa diambil kesimpulan, bahkan satu warna terang atau bercorak corakpun bisa mengganggu. Nah,di era sekarang noise virtual bukan buma dari warna kaligrafi yang dibuat semegah mungkin (yang pemasanganya sebenernya malah ganggu orang shalat,bukanya khusu malah ngagumin karya manusia :v  ), tapi juga bisa datang dari “tulisan” sob! Mata kita yang otomatis membaca saat melihat satu susunan huruf akan selalu terganggu. 

Sadar atau tidak sadar kita membaca tulisan yang ada di depan kita saat shalat. Termasuk nama merek sarung sob! Jadi kalau kalian memakai sarung ataupun baju ataupun jaket, hoodie, batik, jangan pernah menggunakan yang memiliki tulisan di bagian belakangnya untuk shalat. Terutama sarung! Kita sering lalai dengan memakai sarung lalu menempatkan bagian yang menampilkan merek di belakang. Hal ini mengganggu orang shalat yang ada di belakang kita sob! Bisa-bisa saat shalat pikiran tuh orang penuh sama nama merek sarung :v tulisan aja udah termasuk noise virtual, apalagi film godzilla di laptop. So kupikir sudah cukup urusan noise virtual ini. Oh iya..ada satu jenis pakaian yang sangat dilarang pemakaianya buat shalat, baik itu ada tulisanya atau tidak. “koteka”, mending jangan deh sob,kasian sama yang disebelah ente malah mikir jorok kalo ente make koteka.


Contoh-contoh noise internal : I will start with the simple one, sakit perut dan keselilit (again, mother's language of mine :D). Sakit perut ini noise internal yang terjadi karena tidak adanya musyawarah mufakat antara perut dan otak. Perut yang udah ga tahan bongkar muat mendemo otak agar menggerakkan massa (dalam kasus ini “dua kaki untuk ke WC”).. Rutinits demo ini bakal jadi noise internal kalau sampai kejadian saat shalat, sedikit (geli-geli dikit) atau banyak (kepecirit/beser). So, perhatikan keadaan perut agar tidak terjadi noise internal. Noise internal yang kedua datangnya dari “ngunyah’s effect”, ketika kita makan daging, keripik, jerami (nah?), jangkrik (itu makanan ikan woi!), apalagi paku (emang gw kuda lumping?). kita perlu memperhatikan kebersihan gigi kita. Keselilit itu istilah dikampungku sob!, definisinya sisa makanan yang bersembunyi di antara karang dan jurang gigi. Coba bayangin sob kalau lidah ente mergokin makanan yang nyumpet di sela-sela gigi. Pasti di gerebek do’i. tindakan ngegerebek inilah yang bakal ngeganggu shalat kita sob. Makanya layak dijadiin noise internal shalat kita sob.

dengan menghilangkan noise-noise di atas, semua kemungkinan bising di atas. mencapai kekhusuan dalam shalat bukan hal yang tidak mungkin. so, mari kita perbaiki keadaan sekitar kita dan menjadi lebih baik dalam mendirikan shalat. :D

Esensi Khusu dalam shalat



Dikisahkan sob, sahabat Ali bin Abi thalib karramallahu wajhah. Betisnya terkena panah. Panah yang tertancap itu sulit dicabut karena ia menusuk begitu dalam, setiap gerakanya membuat sahabat ali meringis dan mengerang. Tapi jika tidak dicabut, nyawa sahabat ali bisa-bisa melayang, tewas karena luka yang tak bisa disembuhkan. Gimana mau dicabut coba? bergerak sedikit saja sahabat ali kesakitan bukan kepalang. Tak ada yang sanggup melakukan itu,tak ada yang tega karena penderitaan satu biji panah di betisnya itu benar-benar menyiksa sahabat ali. Hingga akhirnya sahabat ali berkata “aku akan melakukan shalat,dan kalian cabut panah ini saat aku shalat”

Dengan sedikit bimbang, para tabib mengiyakan hal ini. Sahabat alipun mendirikan shalat, panah itu perlahan dicabut, ajaibnya tidak ada erangan kesakitan dari sang empunya panah. Setelah selesai shalat, barulah sahabat ali kembali merasakan kesakitan pada luka yang dulu di diami panah, sisa luka masih tersisa hanya saja sekarang pengobatan bisa dilakukan. Kekhusuan dalam shalat membuatnya tidak merasakan perihnya proses pencabutan apalagi kesakitan. Semuanya, atas izin Allah terjadi karena kekhusuan sahabat ali melebihi respon sakit saraf yang mengalir ke otaknya.

Jadi sob? sebenernya apa definisi dari khusu itu sendiri?kok bisa sahabat ini mengalahkan rasa sakit “hanya” dengan shalat?sesuatu yang hanya bisa dilakukan obat bius.

usually, khusu diartikan sebagai kesadaran akan tindakan. Konsentrasi dalam melakukan shalat. Tingkat kekhusuan sahabat ali yang bikin kepala kita geleng-geleng berada jauh diatas definisi ini, meski pada dasarnya apa yang dilakukan sahabat tersebut tidak keluar dari konsep “kesadaran akan tindakan”.begitu terhubungnya sahabat ali dengan Allah saat mendirikan shalat, melampaui nalar manusia secara logika,tapi secara psikologis hal ini masih bisa dipahami. Dalam buku “the power of now” karya Eckhart Tolle, kesadaran akan hal “sekarang” merupakan inti dari kedamaian dan ketenangan. Ketika seseorang mencapai keadaan dimana “sekarang” tanpa terganggu dengan masa lalu ataupun masa depan. Hal ini selaras dengan apa yang kita lakukan saat shalat, jika seseorang menanggalkan semua pikiran akan masa lalu maupun masa depan saat shalat, aku percaya, kekhusuan akan datang dengan sendirinya. Kekhidmatan mendirikan shalat!! Manisnya beribadah shalat!

Untuk mencapai kekhusuan, syarat mutlak dari pelaku khusu harus meyadari akan apa yang dilakukanya. Bukan khusu namanya kalau pikiran masih berkeliaran keluar jalur shalat. Menutup mata bukan berarti shalatnya khusu sob! Bahkan meski bacaan shalat dibaca agak dhohir sekalipun bukan jaminan shalatnya khusu.

Shalat wajib yang dilakukan 5 hari sekali membuat kita terbiasa melakukan gerakan shalat dan menjadikanya sebuah “kebiasaan”. Seperti dua sisi pisang goreng (nah loh?), kebiasaan bisa menghasilkan efek yang baik tapi juga efek buruk. Efek baiknya, kita dapat dengan mudah menghapalkan gerakan shalat dengan semakin sering shalat, hal ini juga yang membuat bacaan shalat gampang dihapal. even, Jika kita berniat menghapal satu surat, kita bisa membacanya saat shalat! Jadi, gak akan cepat lupa sama ayat-ayat qur’an yang sudah dihapal. It’s just simply. Practice makes perfect.

Sekarang efek buruknya,kebiasaan membentuk sikap responsif kita akan sesuatu. Seperti halnya ayat-ayat qur’an yang kita hapal dengan membiasakan diri membacanya terus, shalat yang menjadi kebiasaan ini akan membuat kita melupakan “esensi” dari shalat. Mulut otomatis bergerak membaca bacaan shalat, tubuh akan dengan sendirinya melakukan gerakan shalat, rutinitas!! Shalat hanya akan menjadi rutinitas belaka tanpa ada renungan akan dosa dan pahala! Tanpa ada proses berpikir mengapa kita shalat, mengapa kita menjadi muslim, dan doa apa yang kita panjatkan saat shalat. Hal ini tentu akan menjadi tidak sejalan dengan tujuan ibadah shalat.

Pernah denger kan satu hadits), asshalatu ‘imaduddin. Shalat adalah tiang agama.
Kita tentu perlu satu pemahaman yang baik dengan Analogi yang dibuat rasul salallahu ‘alaihi wasallam ini. bukan karena dengan shalat kita telah mendirikan agama, tapi shalat sebenarnya adalah tiang yang “mendirikan” agama seseorang. Jadi sob, bukanya seseorang yang berkelakuan buruk itu gak ada korelasi sama sekali dengan kualitas shalatnya. Mereka yang masih membedakan suasana dalam masjid dan di luar masjid adalah contoh paling konkret dari istilah ini. Kalau orangnya masih berkelakuan buruk maka kualitas solatnya yang harusnya dipertanyakan, kalo orangnya gak pernah shalat sih ga usah ditanya kan? :D
Itulah mengapa, kita perlu menjadi khusu dalam shalat!

Agar kita termasuk ke dalam orang yang mendirikan shalat, bukan mereka yang melakukan shalat. Istilah mendirikan shalat ini adalah bentuk valid dari maksud Allah Subhanahu Wata’Ala akan
“ ’iqomatis shalat ”. yang artinya mendirikan shalat. Seperti tiang yang berfungsi dengan berdiri, bukan tidur terlentang.

Berikut ada beberapa langkah mencapai kekhusuan shalat versiku pribadi :

1.     Hilangkan noise

Noise dalam shalat adalah apa yang bisa mengganggu kita berkonstrentasi dalam shalat sob! Akanku bahas lebih lanjut noise ini dalam postinganku di Noise dalam Shalat. Sedikit spoiler di postingan ini, noise dalam shalat kubagi dalam 3, suara, virtual, dan interna. detailnya, just visit this.

2.     Memahami arti dan makna bacaan shalat

Nah Ini..
di bagian ini nih,,
buat para langganan galau baik pria maupun wanita. Apa yang kalian lakukan ketika galau? Nyetel lagu “lumpuhkan ingatanku”nya geisha dan ngeresapin setiap syairnya seolah olah persis kemarin kejadian??? I should call you crazy if it’s true then :D.
okay dokay back to topic by the way, memahami arti dan makna ini ga jauh bedanya sob sama kejadian diatas. Bukan Cuma sekedar tau “arti”, tapi juga memahami makna sehingga kita tidak setengah setengah saat merenungi bacaan shalat. Bacaan shalat yang semuanya adalah do’a dan pujian pada Allah Subhanallahu wa ta’ala adalah renungan, agar kita terus mengingat tuhan yang satu, Allah Subhanallahu wa ta’ala. Shalat tanpa memahami arti dan makna ini seperti kalian nonton film yang gak ada gambarnya dengan bahasa swahili. Kalian tahu kalian menatap layar, kalian tahu kalian mendengar suara dan percakapan, tapi kalian tidak mengerti bagaimana jalanya film itu berjalan.

3.     Not so hurry, you’re not cinderella.

Dan untuk mewujudkan semua langkah-langkah khusu di atas, tidak terburu buru adalah awalnya. Meski semua noise sudah dihilangkan, meski kita paham betul arti dan makna dari setiap kata dalam bacaan shalat, saat kita terburu buru mendirikan shalat, maka hilanglah konsentrasi yang di inginkan. Tidak peduli alasan apa yang kita punya untuk terburu buru menyelesaikan shalat, buru-buru hanya akan menjadikan shalatmu ala kadarnya saja! selalu berakhir dengan niat “yang penting selesai!”. Kalian bukan cinderella kan?yang buru-buru meninggalkan istana karena takut kehilangan sihirnya. That’s why rasulullah sallallahu wa’alaihi wasallam menggolongkan terburu buru sebagai sikap setan.

Satu solusinya adalah shalat tepat pada waktunya! Yupz, dengan shalat tepat pada waktunya yang bisa diartikan juga “berjama’ah”, bahkan shalat tepat pada waktunya digolongkan oleh rasulullah sallallahu wa’alaihi wasallam sebagai 1 ibadah yang paling dicintai Allah.



سَأَلْتُ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - أَىُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ « الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا » . قَالَ ثُمَّ أَىُّ قَالَ « ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ » . قَالَ ثُمَّ أَىُّ
 قَالَ « الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ »

(Aku -- Abdullah bin Mas’ud -- bertanya kepada Nabi (Muhammad) s.a.w.: Perbuatan apa yang paling dicintai oleh Allah? Beliau pun menjawab: “Shalat tepat pada waktunya”. Ketika ditanyakan lagi tentang persoalan yang sama, beliau pun menjawab: “Berbuat baik kepada kedua orang-tua”. Dan ketika dilanjutkan lagi pertanyaannya dalam masalah yang sama, beliau pun menjawab: “Jihad di jalan Allah”.)




Maybe that’s what I think. Ketika esensi sudah hilang dari ibadah yang paling sering dilakukan oleh kita, kita hanya bisa melakukan shalat bukan mendirikanya. Kita hanya bisa melakukan gerakan shalat seperti orang olahraga, di ulang-ulang, menjadi rutinitas. Mari berdoa agar kita tidak termasuk ke dalam orang-orang yang “lalai” dalam shalat, secara harfiah maupun makna.