Kamis, 31 Juli 2014

Muhadloroh dan Pondok Pesantren



This just a little story about the most awesome extracurricular in ma'had. pemahamanku akan ekstrakulikuler paling dihindari para santri, dulu saat aku hidup di antara para pelaku sejarah lainya.

Satu hal yang sangat kuingat di masa-masa itu, Muhadloroh adalah ekstrakulikuler fardhu muakkad pertama yang kami jalani di pesantren. Dengan status newbie yang mentereng di wajah kami yang polos polos tanpa dosa, kami diperkenalkan dengan ekstrakulikuler paling ditakuti sejagad pesantren. No hard feelings, karena memang muhadloroh ini dalam skala serius 1-100, nilainya 99. Sistemnya adalah para santri diwajibkan membuat teks pidato dan menghapalkanya lalu belajar berpidato di depan santri lain dalam satu firqoh (kelompok) yang terdiri dari siswa kelas 1 hingga kelas 3.
Dimana bagian seriusnya?? merata sob! Ga bikin teks pidato? ada hukumanya.

ga hapal teks pidato?? punishmentnya udah disiapin!. 

Nervous dan ancur-ancuran waktu pidato. Just prepare yourself man...! :-3

Tapi bagian terburuknya bukan disitu. .the worst part is that "we have to come!!" Seperti yang sudah kusebutkan, fardhu muakkad! Dan ga ada istilah lain. satu-satunya kalimat yang dikenal para pengurus hanyalah “sakit” (kalimat ini memegang saham 35% dalam nilai “1” pengecualian dari skala keseriusan muhadloroh sob!). Di luar itu semua penghuni pondok pesantren yang berjulukan santri WAJABA ALAIHIM hadir di firqohnya masing-masing. Belum….masih belum kuceritakan mengapa muhadloroh menjadi the most frightening ekstrakulikuler in this college. at least that’s the impression guys, ketika hari muhadloroh ada, datang.

                  Hari pertama ikut muhadloroh aku sudah terkejut. Beberapa senior kelas 3 dihukum berat berkat tindakanya tidak membuat teks pidato, meskipun mereka berpidato dengan baik sekalipun. Yupz! That’s one. Pelanggaran adalah pelanggaran. Disiplin ditegakkan dengan tongkat besi disini, tertiup angin ia tak goyang, gempa besar ia tak roboh,  disambar petirpun ia hanya menghantarkan efeknya, tetap berdiri kokoh.

                  Hari kedua aku dapat jatah pidato. Sebagai anak baru yang masih bau kencur kue cucur, level pidato yang dibawakan bisa dengan judul mudah, “in the class/fi fasli (for arabian language)”. Kecuali untuk bahasa indonesia, level temanya dinaikkan beberapa centi, “mencari ilmu”. Hari inipun kembali ada yang membuatku terkejut, peserta yang ngantuk dipanggil keluar dan dihukum “cukup” berat. Hell hell hell….kita ini tadi lunchnya kangkung broo..ya mbok ditoleransi sedikit lah kalo ngantuk ngantuk nungkluk,unless kita tidur pules sambil ngorok baru deh kalian hajar. Dan yupz! Sedikit banyak aku semakin paham bagaimana sulitnya kehidupan ber”muhadloroh”.

                  Hari ketiga, harinya bahasa indonesia. Wah pokoknya ini adalah yang paling mudah deh dibanding dua hari yang lain, bahasa indonesia lebih mudah dipahami para audience dibanding bahasa arab atau inggris. Aku merasa aman saja menjadi audience, duduk tenang menonton para orator belajar bicara. Mendingan lah…petaka terjadi begitu pemeriksaan kerapihan dilakukan. Oh damn! Aku gak pake kaus kaki nih, itu adalah satu celah! Selain menghukum para orator pelanggar, mudabbir juga berkuasa mengurus para audience tak berkaus kaki, berikat pinggang, bahkan yang kemejanya bertangan pendek! Sial benar aku saat itu, Para pelanggarpun dibariskan sedemikian rupa. Dihukum dengan hukuman berat yang sifatnya berjama’ah. Dan semua menjadi kentara mengapa muhadloroh adalah momok menakutkan bagi para santri lama. Dengan peraturan yang bejibun begitu, mudabbir akan selalu punya acara di luar ruangan bersama orang-orang yang lalai akan aturan.

Kebiasaan menghukum seperti ini memiliki dua sisi koin yang berbeda, bergantung kacamata apa yang kita pakai, bergantung dari sudut mana kita melihat. Menjadi luar biasa bagi mereka yang ingin “berkembang” dan buruk bagi mereka yang menolak melakukanya. basically, Muhadloroh itu sistem pendidikan yang fantastis! Konsep muhadloroh adalah pembiasaan menggunakan bahasa asing secara monolog. Pepatah yang di patah patahin (ngek ngok!) bilang :
Language is not science, language is habitual.

Tidak peduli dimanapun,bahasa pastilah terbagi dua dalam penggunaanya, bahasa formal dan bahasa informal,bahasa baku dan bahasa tak baku. Muhadloroh adalah ajang membiasakan berbahasa baku. Dan ini adalah cara paling efektif untuk membiasakan seseorang berbahasa dengan baik dan benar. Menyiapkan teks sebaik mungkin merupakan satu langkah untuk mencapai penggunaan bahasa yang baik. Tidak pernah dalam muhadloroh seseorang dibatasi untuk menggunakan bahasa baku, tapi bisa berbicara dengan lancar menggunakan bahasa baku merupakan nilai tersendiri bagi mereka yang ingin beajar bahasa asing. Ketika kursus-kursus bahasa dibuat, ketika training-training bahasa digalakkan, tanpa pembiasaan, semuanya akan berakhir di kertas dan layar. Dalam kasus paling ekstrem, hanya bisa membuat kita mengerti nonton film tanpa subtitle (ngomong opo tho le??). Tentu saja, kemampuan berbicara inilah yang seharusnya dilatih dengan baik. Ambil perumpamaan seorang asli jawa yang tinggal di daerah sunda, pada akhirnya tanpa mempelajari secara konstektual, bahasa sunda yang sering didengar akan membuatnya mengerti bahasa sunda, tapi jika sudah ikut berbicara bahasa sunda, pastilah akan semakin mengerti dengan baik cara berbahasa sunda. Apa saja yang membuat muhadloroh menjadi istimewa?. muhadloroh mencakup berbagai hal :

1.       Pembiasaan berbahasa bagi mereka yang serius melakukanya.

2.       ajang belajar berbicara di depan umum bagi mereka yang kesulitan tampil apalagi berbicara didepan umum.

3.       Buat santri yang kebagian jatah orasi/ceramah/ speech lebih baik lagi untuk menyiapkan konten pidato dengan tangan sendiri. Meningkatkan kemampuan mengarang.bahkan dalam tahap yang “mengerikan” bisa terbiasa menganalisa suatu kejadian untuk dijadikan bahan perbincangan.

Kepercayaan diri, kemampuan menangani tatapan penonton, cara menarik perhatian mereka yang mengabaikan, itu semua bukanlah sesuatu yang didapat secara instan. Muhadloroh menjadi jawaban sebagai wadah mengasah bahasa, membentuk mental baja, berani untuk maju ke depan dan bicara lantang menyuarakan pendapatnya (this would be a highest level). Menjadi pintar bukan berarti otomatis bisa menjadi pembicara yang baik, pendapat yang baik belum tentu bisa disampaikan dengan baik tanpa adanya keberanian yang cukup untuk berdiri di depan orang lain.

Sayangnya muhadloroh di pandang sebelah mata selama pelaksanaanya. Bagi mereka yang menolak bangkit, muhadloroh bermanifestasi (ilmiah dikit boleh dongs.. :3) menjadi momok menakutkan. Ketegasan akan peraturan memiliki sisi koin berkebalikan. Banyak yang memilih “mendadak sakit” di hari muhadloroh untuk menghindar. Menyerah BAHKAN sebelum mencoba. tentu saja, muhadloroh bukanlah satu-satunya cara menjadi pembicara handal. Orang-orang dengan bakat alami mudah beradaptasi dan tumbuh sebagai pembicara handal di depan umum. Tapi dalam konteks “belajar” bahasa asing, dalam hal menguasai bahasa asing, muhadloroh merupakan solusi yang cerdas untuk mengembangkan diri.

Muhadloroh is indeed a revolution, satu pembelajaran bahasa dan mental paling aplikatif. Hal ini hanya bisa terwujud jika saja santri, berangkat ke firqoh dengan semangat mengembangkan diri, excited saat hari adanya muhadloroh tiba, menikmati keadaan tak nyamanya untuk menyiapkan teks pidato, dan tak merasa disulitkan untuk mengekspresikan diri. Dan semua itu tidak akan tercipta selama mindset kerdil masih tersisa di kepala. Karena hal itulah yang bisa membentuk santri lebih aktif dan bergerak lebih di ekstrakulikuler ini, mengubah kacamata yang dipakai, bukan memandangnya sebagai rutinitas untuk dijalankan, tapi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dan pola pikir.

Rabu, 30 Juli 2014

Korea Selatan versus Indonesia


Hati-hati sob!

Mungkin judulnya a little bit offensive bagi beberapa orang yang sensitif. Terutama para korean freak yang makin menjamur beberapa tahun belakangan :D

Tenang aja. . ini bukan pembahasan kekuatan militer, adu cantik aktris, apalagi adu joget boyband-boyband papan atas genteng antara negeri ginseng dan negeri duren. Yang mau kubahas adalah gunung!! Ge ugu en unu euNG! Gunung!

Yupz! 
Gunung! Mountain! San! Yama! Jabal! Or whatever we call that monstrous place.

iYa iya…Aku memang bukan pro traveller, pecinta alam?mungkin, karena aku memang mencintai alam bumi ini… -_- Meski begitu, Jam terbangku mendaki kalah banyak dibanding para pecinta alam kawanku yang lain. jadi mungkin akan kukerucutkan duel gunung ini menjadi MUDEUNG-san dengan gunung di banten yang sudah kukunjungi lebih dari sekali, gunung PULOSARI!. Before that, let’s walk around a little. . .


Indonesia adalah negara yang tenar akan kekayaan alamnya. seenggaknya itu yang selalu kita dengar dari orang-orang. but hell, pernahkah kita bertanya seberapa kaya alam kita?pernahkah kita benar-benar menyaksikan bagaimana negeri ini bisa disebut gemah ripah dibanding negeri-negeri lain di kolong langit? Kadang aku sering berpikir ulang setiap melilhat gambar keindahan alam amazon nun jauh di dataran amerika selatan sana,benarkah negeri ini seindah itu? Beberapa kali aku membenak saat gambar gugusan pulau maladewa muncul di TV, hey?benarkah indonesia memiliki gugusan yang lebih baik dibanding disana?


Some people said, “Negeri ini adalah tetesan dari surga yang berlubang”. dengan keberadaanya yang tepat di garis khatulistiwa, anugerah itu melimpah tak berbilang dalam berbagai lini. Flora, fauna, keindahan alam, air terjun, hutan, tanah yang subur, gunung menjulang, minyak bumi tak terhitung, tambang langka, garis pantai, and we still have another uncountable name that won’t end in just this one page.
Is it true?or what we heard just a hocus pocus? Pepesan kosong tentang bangganya masyarakat ini memiliki negeri bernama indonesia, kebohongan yang dihembuskan rakyat ini atas indikasi seberapa narsis rakyat Indonesia dengan alamnya.


Sedikit banyak kita melihatnya dalam kehidupan sehari – hari. Istilah kayu menjadi tanaman yang benar-benar terjadi. Ikan-ikan di sungai dan laut yang gampang (pake bingits sob!) di dapat. Tapi….jujur aja, menurutku identitas negeri ini tidak pernah benar-benar di eksploitasi dengan baik! Detail kehebatan negeri ini masih terkubur dalam tak tergali, dan memang disitulah kekurangan kecil yang paling fatal, pemasaran!


Dulu, saat aku Cuma anak kecil ingusan doyan bubur kacang (bubur kacang, or bubur ayam, or whateverlah), nama tanjung lesung tidak pernah berarti apapun. Sama halnya dengan pantai sawarna, terkucil di bagian selatan provinsi banten. Tapi sekarang, sawarna dan tanjung lesung sudah mengalahkan kepopuleran pantai anyer yang terkenal. Menjadi salah satu destinasi terbaik saat kau terdampar, sengaja atau tidak sengaja, di banten. Dulu!! saat aku Cuma anak kecil bersendal jepit (sendal jepitnya masih sih..) mana tahu aku akan raja ampat di papua, apa yang ada di bangka belitung, dan tak pernah mendengar ada pulau bernama tunda, sama tak pernah dengarnya pulau itu adalah salah satu spot snorkling terbaik banten. Yang terjejal dalam-dalam di telingaku adalah bali, hawaii, dufan, eksotisme sungai amazon, dan dinginya antartika (kejauhan om..).


Sepertinya kita memang tidak pernah benar-benar mengenal negeri ini. Seakan keindahan alam ini hanya bisa didengar kejayaanya, hanya bisa diceritakan kulitnya. Dan saat Allah mengijinkanku ke korea, barulah aku mengerti. .negeri ini memang tidak main main luar biasanya. :-3


Provinsi tempatku tinggal adalah gwangju saat itu, dan disana ada gunung bernama mudeung (mudeung-san). san yang berarti gunung dalam bahasa korea. tingginya dari permukaan laut adalah….(eng ing eng!) 1100 meter sob! Tidak terlalu tinggi memang, tapi mudeung-san merupakan salah satu taman nasional korea.

abaikan batunya! #plaks!

gunung ini sangat terkenal, jadi ga heran di sana sama ramenya dengan mall-mall di cilegon. Sumpek? Tepat. Pendaki mudeung san bukan hanya pecinta alam yang masih muda, tapi juga ajumma ajumma (emak-emak) dan ajushi ajushi (aki-aki) yang udah jauh melewati masa labil (yaiyalah..). Mereka beriringan memenuhi koridor pendakian, makanya kubilang sumpek. :D bahkan anak kecil sob!, Even the child, bocah bocah sd, lalu lalang ga abis abis di puncaknya. Yang ternyata eh ternyata, selidik punya selidik, saat aku sampai di 3/4 jalan menuju puncak mudeung-san, ada bis pariwisata yang isinya anak sd. Super sekali bukan? (super sekali sahabatku #eh?PakMario?)
Awalnya, kupikir mudeung-san ini bakal seperti apa. Tanah liat terjal tak henti henti, kiri kanan kulihat pohon cemara (oi oi oi…), sungai jernih yang banyak ikanya, pohon-pohon berbuah di sepanjang jalan dan lain lain, dan lain lain. Tapi well, sesampainya disana barulah aku paham bagaimana sebuah gunung diperlakukan negara maju. Jalur-jalurnya rapih, dimana rute-rute pendakian dibagi dengan baik dan (tentu saja) diberitakan dengan baik (#halah!) mau yang sulit dengan segala bebatuanya?atau yang mudah, full aspal dengan lebar layaknya jalanan kota? Banyak papan yang menerangkan rute-rute tersebut, maybe beberapa tahun kedepan bakal diganti layar LCD lengkap sama touchscreenya sob! Lol. :o


Aku memang menikmatinya saat melewati jalan setapak yang ada, ah! Tidak terlalu jauh berbeda kupikir dengan yang di indonesia. Dan aku di hari yang lain merasakan jalanan aspalnya. Well well well….ngapain jalan kaki?mending bawa mobil aja ke atas sini. Dan alangkah jengkelnya saatku lihat anak sd berjejalan turun dari bis pariwisata di satu perhentian, hell yeah, lihat mereka! Sayang saat seumuran mereka aku tak pernah mendaki gunung begitu mudahnya (sekarang juga masih…T_T ). Setelah seharian penuh berjalan dan dibuat mupeng sama mobil-mobil yang mengangkut orang di tengah jalan (kan jadi sugesti ke kaki sob!nambah pegel nih..), aku pulang ke asrama (dengan nafas yang udah sabtu minggu), kemudian mulai mengkalkulasi (bukan utang makan cuy, enak aja!).


Ada beberapa poin perbedaan yang kutangkap berdasarkan hiking amatiran (uhuk!) yang kulakukan. Mudeung-san memang memiliki keindahan yang tidak dimiliki pulosari. Keindahan itu terletak di musimnya! Hari itu, adalah salah satu hari ketika musim gugur menerpa (wusssss!!!).tau artiya kan?? Oh mannn..percayalah! mudeung-san benar-benar cantik di musim gugur! Daun-daun mewarnai dirinya bersiap siap. Pohon yang hendak menyambut musim dingin mengeliminasi mereka perlahan lahan. Setiap jejak yang kami lewati saat itu adalah hal yang baru! No matter what kind of tree it is, beauty is beauty on its own.

daunya kompak ya?satu pohon menguning bersama :)



Entahlah, ketika spektrum warna bersatu padu dengan caranya masing-masing. Saat pohon-pohon sepanjang jalan menyapa dengan kemeriahanya sendiri. Bagiku semuanya hanyalah entahlah yang tidak perlu dijawab, dan perlahan bersyukur kepada Allah, diberi kesempatan untuk menyaksikan bagaimana alam bergaya. Masih jelas bagiku saat mataku bermanja manja melihatnya, dan bagaimana jalanan menjadi tak membosankan seperti puncaknya (mungkin aku terlanjur kesal karena dibalap sama anak sd :v ). I really wonder how it looks when spring comes. Ketika musim semi tiba, gunung ini pastilah mengganti wajahnya. Bahkan dalam musim gugurpun,mudeung-san dengan sangat menawan melepas pakaianya. semua dedaunan yang berguguran itu jatuh, menyelimuti tanahnya. Aku berani menukar celana yang kupakai saat ini demi bisa datang kembali ke mudeung-san saat semi datang. Huehuehuehue..


Bagiku pribadi, gunung setinggi 1100 meter ini hanya menjadi luar biasa saat musimnya. Selain itu? Yeahh.. there is some but that’s not as great as atumn effect. Let’s see some :


let’s play game “finding son go kong” here :D

 nope! this is not a boyband! don't be absurd dude..


bebatuan yang seakan disusun tangan-tangan raksasa. Yupz! It’s never get old, mungkin disinilah son go kong dihukum sang buddha. 

Back to topic, Sejatinya, mudeung-san memiliki basis area militer (demiliterized zone), dan ada saat saat dimana warga dipersilahkan untuk mengintip ke dalamnya. Efeknya? Mungkin berkemah di puncak bukan istilah yang populer disini. Dengan kondisi yang gersang, jalanan yang sudah berubah menjadi “jalan raya” gunung, aku tidak mendapatkan kesan apapun selain keindahan musim gugur dan panorama kota saat turun dari puncaknya. seperti kukatakan tadi, dengan menghilangnya musim yang indah, apa yang tersisa selain kedua hal itu, scene and stone.

 still more ways to go guys!

Okey okey,,akhirnya kok malah kaya ngejelek jelekin mudeung-san yak? Actually, ini bukan kekuranganya kok sob, tapi memang begitulah mudeung-san. Ini memang bukan gunung berapi aktif seperti yang akanku ceritakan tentang pulosari. Satu kesimpulan yang kupelajari adalah mudeung-san merupakan contoh terbaik bagaimana terkenalnya gunung “sederhana” ini. Dengan musim yang menjadikanya luar biasa, ya! Mudeung-san memiliki caranya sendiri untuk menjadi indah.





Bagian terpenting dari ketenaran mudeung-san adalah akses, setelah kata sakti utama “pemasaran” tentunya. Mudeung-san menjadi primadona melepas penat bagi orang-orang korea yang terlampau sibuk saat weekdays. Spot terbaik para ajushi dan ajumma berolahraga. Dengan akses yang sangat mudah (modal naik bis 2 kali kalau di daerah gwangju, duduk manis 2 jam, dibawa tidurpun nyampe ._. ) karena halte mudeung-san adalah perhentian terakhir, adalah hil yang mustahal kalo sampai kelewatan halte. mudeung-san memang tak pernah sepi setiap harinya. tapi tetap saja, semudah apapun aksesnya kalau pemasaranya buruk orangpun “sumeh” datengnya. 

Marketing menjadi senjata untuk membumikan mudeung-san. Nama gunung ini menyebar ke seantero korea berkat kemajuan dunia maya dan strategi pemerintahnya. Lihat saja, gunung setinggi 1100 m. itu bisa jadi taman nasional, hal itu tentu saja membangkitkan rasa penasaran wisatawan, dan sangat efektif untuk mengundang warga sekitar untuk mengenal gunung itu lebih baik, hal ini langsung ditindak lanjuti dengan pembangunan berkelanjutan sebagai fasilitas! jalanan dibuat beraspal, beberapa bagian jalan yang dianggap licin diberi semacam “karung goni” agar mengurangi kelicinan medan, bangku-bangku dan pra sarana seperti taman dibuat di beberapa titik, dalam hal ini pemerintah benar-benar banyak berpengaruh dalam pengembanganya,hasilnya? Well, mudeung-san berhasil menarik ratusan pengunjung setiap minggunya. Gak kalah sama tempat-tempat wisata budaya dan seni lain di gwangju.

Nahhh…sekarang kita beralih ke gunung pulosari!
Gunung ini adalah salah satu gunung di daerah pandeglang banten sob! Dengan ketinggianya yang 1346 m, pulosari bukanlah gunung tinggi seperti atap pulau jawa, Semeru! Pulosari juga bukanlah gunung yang memiliki tumbuhan yang variatif, hutanya didominasi pepohonan khas banten, lebat tapi tak cantik seperti adanya edelweiss atau apalah bunga-bunga cantik yang biasa di pinggir jalan. Tapi pulosari punya curug putri. yupz! One hour you walk deeper into pulosari, you get this!


Curug adalah iiistilah jaawa (subro mode : maaxxx) artine air terjun sob, atau biar keliatan british dikit, “waterfall”. Curug ini disebut sebut sebagai curug putri. Sudah 3 kali aku ke pulosari.dalam kecepatan normalku, satu jam adalah waktu tercepatku mencapai tempat ini. Sejam berjalan, pulosari menjawab rasa dahaga kita dengan aliranya. Air gunung murni, bukan buatan. Yahh…kalo di atas curugnya ternyata ada yang lagi buang air sih di luar tanggung jawab panitia sob! :-p

Setelah berpuas diri di bagian curug, mari lanjutkan perjalanan. Yang ada setelah curug adalah track dengan level yang naik sedikit, ibarat kalo dibilang jalan ke curug itu “medium”, dilanjutin lagi kalian bakal ketemu yang very medium,karena kesulitanya tidak terpaut jauh tapi tetap menyulitkan. :D yang pasti awalnya kalian harus menanjak terjal. Oh ayolahhh…ini bukan track yang sulit seperti jalan ke kayangan langit ke-7 sob! Yang pasti, lebih beranikan diri kalian untuk menerabas ke pulosari lebih dalam. Karena sejam kemudian (my speed version :D) gunung ini akan menjamu kalian dengan sauna-nya :D :D :D,


 no money, no honey, no ngkrong di pulosari!


Belerang!!! Itu adalah clue pertamanya. Aroma semerbak belerang akan menyambut kalian sesampainya kalian di kawah pulosari! Bumi perkemahan pulosari! Tempat orang bermalam menghabiskan liburanya, tempat tenda-tenda didirikan, mengarungi arti kebersamaan. Ini adalah titik kedua pulosari yang patut di jajal. Semakin tahun, kawah pulosari ini semakin meluas, maklum sob! Ini gunung berapi aktif, ada lava menggelegak nun jauh di kedalamanya. Apa yang kalian rasakan disini adalah after impact air bumi yang dipanaskan, bersama bonus gift belerangnya. Air panas yang menggelegak itu menjadikan tempat ini sauna alami, cuaca gunung yang dingin akan segera hilang jika kalian menyatu bersama kepulan asapnya. So? what are you waiting for, pack some tent and taste the “fury”,,, ;-) here are some rules



Jika kalian masih belum puas dengan service dari pulosari, let’ss go to the top! Puncak dari pulosari! Jika sebelumnya kalian menikmati perjalanan tingkat medium, track yang akan kalian rasakan sekarang akan jauh lebih menantang! Maybe around hard level I think, kalian membutuhkan 2 tangan kalian juga disini, berjalan dengan 2 kaki hingga ke atas? That would be great! Cause it won’t be as easy as before. Tidak pernahlah jalan menuju tampuk tertinggi adalah perjalanan yang mudah (by helicopter is completely another question guys!). Jalanan setapak semakin tidak layak disebut setapak. Track memutar untuk mengurangi serbuan terjal dilakukan, tenggelam dalam rimbun pohon pulosari, langit sempurna tertutup dedaunan. Hingga setelah satu jam perjalanan dari kawah (in my own pace :D ) sampailah kita di puncak, bersama belukarnya yang liar.




Then, apa yang ditawarkan puncak pulosari? Aku tidak bisa bilang pasti, karena mendatanginya tanpa bermalam di atasnya would be nothing I think. Seperti pada umumnya berdiri di atas bidang tertinggi, puncak hanya memberimu kesempatan melihat ke bawah lebih luas, scene! Tak terkecuali puncak pulosari. Bermalamlah disana, dan temukan sunrise di atasnya. Ada dua momen yang akan kalian peroleh dengan make a camp there, sunset dan sunrise! But yeah,,,itupun perlu sedikit tuah karena hujan ataupun mendung (bahkan kabut tipis saja), semuanya akan tertutup. Kalau itu terjadi anggap aja kalian sedang apes:D huehuehueheuehue

nahh..sekarang abaikan manusianya :D *dilemparbakwan


That’s it. pulosari memiliki 3 titik yang bertautan setiap jamnya. Begitulah gunung negeri ini pada umumnya, curug, kawah dan puncak. Wajar kupikir, karena kebanyakan dari mereka memang gunung berapi aktif. Meski pulosari memiliki fasilitas alami yang luar biasa, kembali lagi ke pertanyaan pertama, mengapa pulosari tidak cukup terkenal di banten. Berkebalikan dengan mudeung-san pastinya, tidak banyak yang tahu akan gunung ini di seluruh banten, dan akses jalan yang tidak cukup memadai untuk masyarakat datang, menikmati tetesan dari lubang surga yang jatuh ke tempat ini. Negeri bernama indonesia.



Mari menikmati negeri sendiri. Entah berapa banyak pulau-pulau terpencil tak terjamah, hutan hujan tropis tak terjangkau, kedalaman laut yang tak terlihat. Negeri ini adalah anugerah. mari menjadi rakyat yang bersyukur akan segalanya dan tidak berpangku tangan pada pemerintah yang kita pahami bekerja dengan payah. Dengan menjaga kelestarianya dan merwatnya dengan baik, warga akan terangkat dengan semakin ramainya tempat-tempat yang layak di “wisata”kan, mensejahterakan warga sendiri. Selama kita menjaga batasan batasan kita dengan alam, bahkan gunung tertangguh sekalipun akan tersenyum ramah pada akhirnya.