Dikisahkan sob, sahabat Ali bin Abi thalib
karramallahu wajhah. Betisnya terkena panah. Panah yang tertancap itu sulit
dicabut karena ia menusuk begitu dalam, setiap gerakanya membuat sahabat ali
meringis dan mengerang. Tapi jika tidak dicabut, nyawa sahabat ali bisa-bisa
melayang, tewas karena luka yang tak bisa disembuhkan. Gimana mau dicabut coba?
bergerak sedikit saja sahabat ali kesakitan bukan kepalang. Tak ada yang
sanggup melakukan itu,tak ada yang tega karena penderitaan satu biji panah di
betisnya itu benar-benar menyiksa sahabat ali. Hingga akhirnya sahabat ali
berkata “aku akan melakukan shalat,dan kalian cabut panah ini saat aku shalat”
Dengan sedikit bimbang, para tabib
mengiyakan hal ini. Sahabat alipun mendirikan shalat, panah itu perlahan
dicabut, ajaibnya tidak ada erangan kesakitan dari sang empunya panah. Setelah
selesai shalat, barulah sahabat ali kembali merasakan kesakitan pada luka yang
dulu di diami panah, sisa luka masih tersisa hanya saja sekarang pengobatan
bisa dilakukan. Kekhusuan dalam shalat membuatnya tidak merasakan perihnya
proses pencabutan apalagi kesakitan. Semuanya, atas izin Allah terjadi karena
kekhusuan sahabat ali melebihi respon sakit saraf yang mengalir ke otaknya.
Jadi sob? sebenernya apa definisi dari
khusu itu sendiri?kok bisa sahabat ini mengalahkan rasa sakit “hanya” dengan
shalat?sesuatu yang hanya bisa dilakukan obat bius.
usually, khusu diartikan sebagai kesadaran
akan tindakan. Konsentrasi dalam melakukan shalat. Tingkat kekhusuan sahabat ali
yang bikin kepala kita geleng-geleng berada jauh diatas definisi ini, meski
pada dasarnya apa yang dilakukan sahabat tersebut tidak keluar dari konsep
“kesadaran akan tindakan”.begitu terhubungnya sahabat ali dengan Allah saat
mendirikan shalat, melampaui nalar manusia secara logika,tapi secara psikologis
hal ini masih bisa dipahami. Dalam buku “the power of now” karya Eckhart Tolle,
kesadaran akan hal “sekarang” merupakan inti dari kedamaian dan ketenangan. Ketika
seseorang mencapai keadaan dimana “sekarang” tanpa terganggu dengan masa lalu
ataupun masa depan. Hal ini selaras dengan apa yang kita lakukan saat shalat,
jika seseorang menanggalkan semua pikiran akan masa lalu maupun masa depan saat
shalat, aku percaya, kekhusuan akan datang dengan sendirinya. Kekhidmatan mendirikan
shalat!! Manisnya beribadah shalat!
Untuk mencapai kekhusuan, syarat mutlak
dari pelaku khusu harus meyadari akan apa yang dilakukanya. Bukan khusu namanya
kalau pikiran masih berkeliaran keluar jalur shalat. Menutup mata bukan berarti
shalatnya khusu sob! Bahkan meski bacaan shalat dibaca agak dhohir sekalipun
bukan jaminan shalatnya khusu.
Shalat wajib yang dilakukan 5 hari sekali
membuat kita terbiasa melakukan gerakan shalat dan menjadikanya sebuah
“kebiasaan”. Seperti dua sisi pisang goreng (nah loh?), kebiasaan bisa
menghasilkan efek yang baik tapi juga efek buruk. Efek baiknya, kita dapat
dengan mudah menghapalkan gerakan shalat dengan semakin sering shalat, hal ini
juga yang membuat bacaan shalat gampang dihapal. even, Jika kita berniat
menghapal satu surat, kita bisa membacanya saat shalat! Jadi, gak akan cepat
lupa sama ayat-ayat qur’an yang sudah dihapal. It’s just simply. Practice makes
perfect.
Sekarang efek buruknya,kebiasaan membentuk
sikap responsif kita akan sesuatu. Seperti halnya ayat-ayat qur’an yang kita
hapal dengan membiasakan diri membacanya terus, shalat yang menjadi kebiasaan
ini akan membuat kita melupakan “esensi” dari shalat. Mulut otomatis bergerak
membaca bacaan shalat, tubuh akan dengan sendirinya melakukan gerakan shalat,
rutinitas!! Shalat hanya akan menjadi rutinitas belaka tanpa ada renungan akan
dosa dan pahala! Tanpa ada proses berpikir mengapa kita shalat, mengapa kita
menjadi muslim, dan doa apa yang kita panjatkan saat shalat. Hal ini tentu akan
menjadi tidak sejalan dengan tujuan ibadah shalat.
Pernah denger kan satu hadits), asshalatu
‘imaduddin. Shalat adalah tiang agama.
Kita tentu perlu satu pemahaman yang baik
dengan Analogi yang dibuat rasul salallahu ‘alaihi wasallam ini. bukan karena
dengan shalat kita telah mendirikan agama, tapi shalat sebenarnya adalah tiang
yang “mendirikan” agama seseorang. Jadi sob, bukanya seseorang yang berkelakuan
buruk itu gak ada korelasi sama sekali dengan kualitas shalatnya. Mereka yang
masih membedakan suasana dalam masjid dan di luar masjid adalah contoh paling
konkret dari istilah ini. Kalau orangnya masih berkelakuan buruk maka kualitas
solatnya yang harusnya dipertanyakan, kalo orangnya gak pernah shalat sih ga
usah ditanya kan? :D
Itulah mengapa, kita perlu menjadi khusu
dalam shalat!
Agar kita termasuk ke dalam orang yang
mendirikan shalat, bukan mereka yang melakukan shalat. Istilah mendirikan
shalat ini adalah bentuk valid dari maksud Allah Subhanahu Wata’Ala akan
“ ’iqomatis shalat ”. yang artinya
mendirikan shalat. Seperti tiang yang berfungsi dengan berdiri, bukan tidur
terlentang.
Berikut ada beberapa langkah mencapai
kekhusuan shalat versiku pribadi :
1.
Hilangkan noise
Noise dalam shalat adalah apa yang bisa
mengganggu kita berkonstrentasi dalam shalat sob! Akanku bahas lebih lanjut
noise ini dalam postinganku di Noise dalam Shalat. Sedikit spoiler di postingan
ini, noise dalam shalat kubagi dalam 3, suara, virtual, dan interna. detailnya, just visit this.
2.
Memahami arti dan makna bacaan
shalat
Nah Ini..
di bagian ini nih,,
buat para langganan galau baik pria maupun
wanita. Apa yang kalian lakukan ketika galau? Nyetel lagu “lumpuhkan
ingatanku”nya geisha dan ngeresapin setiap syairnya seolah olah persis kemarin
kejadian??? I should call you crazy if it’s true then :D.
okay dokay back to topic by the way,
memahami arti dan makna ini ga jauh bedanya sob sama kejadian diatas. Bukan
Cuma sekedar tau “arti”, tapi juga memahami makna sehingga kita tidak setengah
setengah saat merenungi bacaan shalat. Bacaan shalat yang semuanya adalah do’a
dan pujian pada Allah Subhanallahu wa ta’ala adalah renungan, agar kita terus
mengingat tuhan yang satu, Allah Subhanallahu wa ta’ala. Shalat tanpa memahami
arti dan makna ini seperti kalian nonton film yang gak ada gambarnya dengan
bahasa swahili. Kalian tahu kalian menatap layar, kalian tahu kalian mendengar
suara dan percakapan, tapi kalian tidak mengerti bagaimana jalanya film itu
berjalan.
3.
Not so hurry, you’re not
cinderella.
Dan untuk mewujudkan semua langkah-langkah
khusu di atas, tidak terburu buru adalah awalnya. Meski semua noise sudah
dihilangkan, meski kita paham betul arti dan makna dari setiap kata dalam
bacaan shalat, saat kita terburu buru mendirikan shalat, maka hilanglah konsentrasi
yang di inginkan. Tidak peduli alasan apa yang kita punya untuk terburu buru
menyelesaikan shalat, buru-buru hanya akan menjadikan shalatmu ala kadarnya
saja! selalu berakhir dengan niat “yang penting selesai!”. Kalian bukan
cinderella kan?yang buru-buru meninggalkan istana karena takut kehilangan
sihirnya. That’s why rasulullah sallallahu wa’alaihi wasallam menggolongkan
terburu buru sebagai sikap setan.
Satu solusinya adalah shalat tepat pada
waktunya! Yupz, dengan shalat tepat pada waktunya yang bisa diartikan juga “berjama’ah”,
bahkan shalat tepat pada waktunya digolongkan oleh rasulullah sallallahu wa’alaihi
wasallam sebagai 1 ibadah yang paling dicintai Allah.
سَأَلْتُ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - أَىُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ « الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا » . قَالَ ثُمَّ أَىُّ قَالَ « ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ » . قَالَ ثُمَّ أَىُّ
قَالَ « الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ »
(Aku -- Abdullah bin Mas’ud -- bertanya kepada Nabi (Muhammad) s.a.w.: Perbuatan apa yang paling dicintai oleh Allah? Beliau pun menjawab: “Shalat tepat pada waktunya”. Ketika ditanyakan lagi tentang persoalan yang sama, beliau pun menjawab: “Berbuat baik kepada kedua orang-tua”. Dan ketika dilanjutkan lagi pertanyaannya dalam masalah yang sama, beliau pun menjawab: “Jihad di jalan Allah”.)
Maybe that’s what I think. Ketika esensi sudah
hilang dari ibadah yang paling sering dilakukan oleh kita, kita hanya bisa
melakukan shalat bukan mendirikanya. Kita hanya bisa melakukan gerakan shalat
seperti orang olahraga, di ulang-ulang, menjadi rutinitas. Mari berdoa agar
kita tidak termasuk ke dalam orang-orang yang “lalai” dalam shalat, secara
harfiah maupun makna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar