Kamis, 17 Oktober 2013

Sugesti Pagi


Udara pagi hari ini mencekam.
Menggigit kulit lebih keras dari biasanya. Mungkin memang udah waktunya beralih ke winter. Aku tidak mengerti, gwangju tentu saja berbeda dengan cilegon. Udara seperti ini hanya pernah kurasakan saat di dieng. dan satu satunya yang paling kuingat saat itu, selain temperaturnya yang menggetarkan tubuh tentu saja, adalah ekspresi penduduk dieng saat melihatku dan kawanku yang lain naik motor, kehujanan, tanpa jaket. Mungkin mereka bertanya tanya sewaras apa kami.
Aku melangkah dari kantin, setelah melakukan operasi isi perut pagi ini, aku berniat kembali ke kamarku yang hangat. Di atas kasur yang hangat. Dan berkhayal meminum segelas coklat hangat.
Angin sepoi bertiup. Menggerakkan partikel dingin udara. Menembus kulitku yang dibalut jaket tebal.  Sukses membuyarkan khayalan sederhanaku. Setidaknya semua khayalanku akan kehangatan, terhenti di coklat.

Aku mempercepat langkah. Berpikir sebentar untuk berlari, tapi apa daya apa kuasa, perut ini tidak boleh terganggu kenyamananya dengan tindakan buru buru, biarkan dia tenang mencerna semuanya sekarang.
Dan akhirnya sampai juga di depan gedung asramaku. Memencet tombol, menyodorkan sidik jari.

Sedikit prosedur rumit yang dibutuhkan untuk menjaga keamanan asrama. sering aku membayangkan, jika kelak suatu hari zombie menyerang, dan salah satu penghuni asrama ingin masuk ke gedung ini, sempatkah prosedur-prosedur ini dilakukan untuk masuk kedalam. Yupz, tepat sekali. Tidak penting untuk dipikirkan adalah jawabanya. Mengkritisi hal yang tidak penting sepertinya salah satu kebiasaanku.

Udara yang lebih hangat menyambutku. Jauh lebih baik.

Perbedaan temperatur yang cukup mencolok pada musim gugur ini membuatku bertanya tanya bagaimana saat musim dingin nanti. Pikiran singkat yang langsung terhapus saat berpapasan dengan ross. Menyapa. Dia kawan sekelasku di kelas bahasa korea. Asli england, dengan aksen british yang dikenal berbeda dengan bahasa inggris america yang hampir dipelajari semua orang didunia. Lebih elegan menurutku.
Langkah kakiku mengarah ke tempat lift. Langsung bersyukur lift baru saja sampai di lantai bawah, menungguku masuk. Timing yang pas. Bukan sekali dua kali aku ketinggalan lift. Membuat daftar “kejadian menjengkelkan” dalam kamusku bertambah. Kenapa ga naik tangga aja?? Kalau kamarku berada di lantai 3 sih mending naik tangga deh.Masalahnya kamarku ada di lantai 15. Dengan desain tangga bolak balik selama menaikinya, butuh 30 kali bolak balik tangga untuk mencapai lantai 15.

Lift tiba tiba berhenti di lantai 7. Hendak mengangkut “penumpang” lain. Setelah beberapa detik, lift kembali naik. Aku sedikit terpekur. Memandangi tulisan hangeul dalam pamflet bergambar daging panggang di atasnya. terpampang dipinggir pintu lift. Mengejanya. Kemudian lift berhenti. Akupun keluar.
Seperti biasanya. Dormitory selalu lengang, dengan lampu otomatis yang hanya menyala saat seseorang lewat, lorong ini bersuasana muram seperti malam. Kupencet tombol masuk.

1,2,3,4
 Terdengar bunyi engsel berputar di dalam gagang pintu. Kubuka pintu dan melangkah masuk.
 Ng…

bentar..

Ini perasaanku saja atau memang kondisinya agak bebeda ya??

Sepatu-sepatu di posisi yang berbeda dari yang biasa kulihat. Kamar tidur A tidak memiliki tempat sampah didepanya. Aku menengok ke dalam, melihat kamar C yang menjadi kamar tidurku. Tidak ada tempat sampah. Satu kesadaran menyengat. Jangan-jangan salah kamar.
Aku kembali membuka pintu dan menengok ke lorong yang gelap,memastikan posisi kamar.
“ga ada yang salah…”
Ku pompa kepercayaan diriku,yakin kalau ini Cuma keadaan yang memang berbeda dari hari biasa.
Melepas sendal dan melangkah masuk,terlihat satu orang korea sedang menggunakan hair dryer di dekat kulkas. Ahhh…salah satu penghuni kamar B kan ada yang suka mengeringkan rambutnya setelah mandi,bener kan?ga salah kamar..” aku membatin sekilas. Mungkin tempat sampah kamarku dibawa roommate untuk dibuang sampahnya.

Akupun membuka kamar. Barang yang pertama kulihat menyambutku adalah satu monitor LCD di atas meja tempatku menaruh botol minuman. Semakin kubuka pintu kamar,barang-barang yang ditempatkan asal asalan berama ramai menyapaku. Tidak ketinggalan satu orang korea yang duduk di kursi mengernyitkan keningnya, refleks berekspresi.

Oh..mann,,,
ada kejutan apalagi ini. . .

Kondisi ruangan depan ini sudah membingungkanku, dan sekarang seorang pribumi dengan semua barang random ini ramai-ramai mencoba menggoyahkan keyakinanku.

Refleks berpikir tentang kemungkinan lain, Jangan-jangan aku terlempar dalam dimensi ruang dan waktu,dan orang itu adalah penghuni kamar tahun lalu. Akkhhh…film “bath tub time machine” tadi malam mulai menunjukkan efeknya. Kalimat “mianhamnida” meluncur dari mulutku, menutup pintu sambil lalu. Tidak butuh seperempat detik untuk mencari solusi kejanggalan demi kejanggalan yang terjadi disini. Aku meluncur keluar, meninggalkan seorang korea yang kebingungan dengan hair dryer ditanganya. Tanpa jeda kembali ketempat lift tadi.
Dan semuaya menjadi masuk akal. Memecah semua sugesti singkat tentang teori ruang dan waktu.

Wrong floor. ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar