“Jauhilah sikap berlebih-lebihan, karena sesungguhnya berlebih-lebihan itulah yang telah menghancurkan umat-umat sebelum kamu”(H.R Imam Ahmad , At-tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Abbas r.a)
A. Sikap keliru dan konyol
Berlebihan
terhadap idola atau figur tertentu dengan hanya berdasarkan pada
hal-hal yang sifatnya duniawi adalah sikap keliru dan konyol. Ironisnya
justru itulah realitas yang banyak terjadi dikalangan masyarakt muslim,
yang lebih mengenaskan, atas nama kecintaan terhadap tokoh yang
diidolakan banyak orang islam yang mengekor meski harus mengorbankan
agamanya, melanggar nilai-nilai kesopanan bahkan nilai-nilai
keberadaanya sebagai manusia sekalipun.
Kita banyak
menyaksikan sikap”Gulluw” (berlebih-lebihan) yang dilakukan orang-orang
sekarang terhadap figur yang dihormatinya dan dipujinya, tidak sebatas
dalam ucapan dan visi, tetapi secara total ia hibahkan hidupnya untuk
figur yang dicntainya itu.
Betapa anak-anak remaja tak peduli
walau harus menunda shalat demi “menjagongi” tokoh idolanya dilayar TV.
Berapa banyak anak anak-anak muda yang rela berkorban ratusan ribu
rupiah, sejumlah energi, bahkan walaupun harus nyawa yang harus
dipertaruhkan, mereka persiapkan hanya untuk menyaksikan konser musik
yang digelar oleh tokoh yang menjadi idolanya. Padahal untuk sekedar
memberikan uang lima ratus saja, saat menjumpai posko-posko penyaluran
dana kemanusiaan mereka enggan dengan dalih jatah buat jajan. Merekapun
merasa gerah saat harus berdiri khusuk diantara shaf-shaf dalam shalat
berjama’ah, menurutnya mendatangi masjid-masjid hanya mengahbiskan
energi kalau hanya untuk mengejar pahala sunnah.
Bagi
para remaja mungkin saja bsa dimaklumi karena minimnya pengetahuan
mereka dan gejolak darah muda yag begitu kuat, namun itu tetap saja
harus diluruskan.
Hal yang juga sangat menghawatirkan budaya salah
figur yang terjadi dikalangan orang-orang yang mengaku “Tahu banyak
tentang agama”. Mereka begitu berlebih-lebihan dalam mengormati orang
shalih. Penghormatan secara berlebih-lebihan kepada seseorang bisa
berakibat fatal, yakni akan menjerumuskan pada perbuatan syirik , bahkan
syirik yang pertama kali terjadi pada jaman Nabi Nuh A.S, ketika itu
kaum Nabi Nuh A.S beitu berlebih-lebihan dalam hal menghormati
orang-orang shlaih tersebut dikala masih hidup. Tatkala mereka wafat
kekaguman itu diwujudkan dengan membuat patung-patung penghormatan ang
dinisbatkan dan dinamai dengan orang-orang shalih tersebut, awalnya
patung-patung tersebut hanya sebagai sarana untuk mengenang mereka,
hingga ketika orang-orang yang membuat patung itutlah meninggal dan ilmu
agama mulai dilupakan dilupakan orang, patung-patung itu kemudian
disembah dan diiberhalakan.
Dari segi objek yang
dihormati yakni orang shalih, apa yang dilakukan kaum nabi Nuh itu sudah
benar, mereka tidak memfigurkan ahli maksiat seperti kebanyaka remaja
masa kini, yang salah adalah sikap mereka yang berlebih-lebihan (Gulluw)
dalam menghormati orang-orang shalih tersebut.
Gelagat
pengulangan peristiwa bersejarah itu kini kian menghitam memayungi
orang-orang disekeliling kita yang gelap hatinya. Kita mungkin sering
menjumpai orang yang ektika hendak pergi keluar kota harus mengunjungi
dahulu kuburan syekh fulan agr slamat diperjalanan. Yang lebih konyol
lagi sebagian masyarakat kita ada yang mendatangi kuburan seorang syekh
yang dianggapnya keramat untuk meminta baokah sebelum ia erangkat naik
haji dengan harapan selamat diperjalanan dan menyandang haji mabrur.
Padahal nabi Salallahu alaihi wasallam sendiri tidak mau ummatnya
melebih-lebihkan dalam hal penghormatan kepadanyawalaupun beliau
satu-satunya orang yang ma’sum. Dengan tegas Nabi Salallahu Alaihi
wasallam bersabda :
“Janganlah kalian berlebih-lebihan
memujiku, sebagaimana orang-orang nasrani telah berlebih-lebihan memuji
(Isa)Putera Maryam. Aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah Abdullah
wa Rasuluhu (Hamba Allah dan RasulNya). (H.R.
Bukhori dan Muslim)
B. Sikap yang Benar
Menjadikan
seseorang sebagai figur seharusnya didasar atas upaya membentuk pribadi
dan meninggikan potensi dalam berbagai hal yang bias kita lihat dari
tokoh yang menjadi figure kita, tentunya tidak semua yang kita lihat
dari tokoh idola kita diambil mentah-mentah tanpa ada proses filtrasi,
maka memfigurkan dan mencintai seseorang tertentu hendaknya
memperhatikan hal-hal berikut :
1. Memfigurkan atas dasar cinta kepada Allah, Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam bersabda :
“Tali ikatan iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah”
(H.R. Ibnu Jarir)
2. Memfigurkan kebaikan dan kelebihan yang dimilikinyta tanpa mengagung-agungkan orangnya.
3. Memfigurkan sebatas apa yang mampu meningkatkan potensi dirinyadan menjadikanya lebih cinta dan taat kepada Allah.
4. Menghindari tindakan fanatik atau mengkulturkan orang yang pasti tetap memiliki kekurangfan dan pernah melakukan kesalahan
5.
Tidak berlebih-lebihan dalam hal memfigurkan seseorang karena bias jadi
setelah tahu sisi buruknya ia tidak akan menerima dan menutup mata atau
mungkin malah berbalik akan memakinya dan melupakan sisi baik yang ia
miliki.
Semoga kita mampu menjadi lebih baik dengan
figure yang kita tiru dan kita jadikan panutan serta dijauhkan dari
mengagumi orang-orang yang dapat menjauhkan kita dari Allah dan
mementingkan dunia. WALLAHU A’LAM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar