2.1 Pengertian Kekerasan
Kekerasan merupakan tindakan pelanggaran yang
menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain. Istilah "kekerasan"
juga mengandung kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang
merusak. Kerusakan harta benda biasanya dianggap masalah kecil dibanding
dengan tindakan kekerasan terhadap orang.
Kekerasan
pada dasarnya tergolong ke dalam dua bentuk yakni kekerasan sembarang,
yang mencakup kekerasan dalam skala kecil atau tidak terencanakan, dan
kekerasan terkoordinir, yang dilakukan oleh kelompok-kelompok baik yang
diberi hak maupun tidak yakni seperti yang terjadi dalam perang (yakni
kekerasan antar-masyarakat) dan terorisme.
Perilaku
kekerasan semakin hari semakin nampak, dan sungguh sangat mengganggu
ketentraman hidup kita. Jika hal tersebut dibiarkan, atau tidak ada
upaya sistematik untuk mencegahnya, maka tidak mustahil kita sebagai
bangsa akan menderita kekerasan sebagai akibat dari kekerasan tersebut.
2.2 Macam-macam Kekerasan
2.2.1 Kekerasan Verbal
Tanpa
disadari, orangtua pasti pernah melakukan kekerasan terhadap anak.
Salah satu bentuk kekerasan tersebut adalah kekerasan verbal atau
kekerasan yang dilakukan lewat kata-kata yang menyakitkan.
Kata-kata
yang menyakitkan tersebut biasanya bermakna melecehkan kemampuan anak,
menganggap anak sebagai sumber kesialan, mengecilkan si anak, memberikan
julukan negatif kepada anak, dan memberikan kesan bahwa si anak tidak
diharapkan, hal ini memiliki dampak yang negatif terhadap perasaan anak
dan dapat mempengaruhi citra diri mereka.
Berbagai
bentuk ucapan yang menyakiti anak akan berpengaruh kepadanya. Baik
dalam kehidupan saat ini maupun di masa yang akan datang, kata psikolog
Rudangta Arianti Sembiring Psi, ketika dihubungi okezone melalui telepon genggamnya, Sabtu (15/3/2008). Menurut psikolog yang concern di
bidang psikologi anak itu, kekerasan verbal terhadap anak akan
menumbuhkan sakit hati hingga membuat mereka berpikir seperti yang kerap
diucapkan oleh orangtuanya. Jika orangtua bilang anak bodoh atau jelek,
maka dia akan menganggap dirinya demikian.
Meski
dampaknya tidak terjadi secara langsung, namun melalui proses. Karena
ucapan-ucapan bernada menghina dan merendahkan itu akan direkam dalam
pita memori anak. Semakin lama, maka akan bertambah berat dan membuat
anak memiliki citra negatif.
Menurutnya,
anak yang sering mengalami kekerasan verbal di kemudian hari akan
hilang rasa percaya dirinya. Bahkan hingga memicu kemarahannya dan
merencanakan untuk melakukan aksi balas dendam.
Kekerasan
verbal pada anak bisa berefek buruk hingga membuat mereka balas dendam
pada teman atau tetangga terdekatnya dan akan berpengaruh terhadap
caranya bergaul.
Adapun beberapa contoh ucapan kejam, diantaranya :
1. Memberikan julukan negatif kepada anak misalnya Si Dungu, Si Goblok,
Si Lelet, Si Biang Kerok, Si Pemalas, Si Pengacau, Si Penipu dan sebagainya
Si Lelet, Si Biang Kerok, Si Pemalas, Si Pengacau, Si Penipu dan sebagainya
2. Mengecilkan arti si anak misalnya orangtua menyebut anak sebagai tak
berguna atau percuma dilahirkan
berguna atau percuma dilahirkan
3. Memberikan kesan bahwa si anak tidak diharapkan misalnya dengan
menyebutnya sebagai anak pungut atau diambil dari rumah sakit atau diambil dari tempat sampah atau menyatakan, "Nggak mungkin anak Papa-Mama," dan sebagainya.
menyebutnya sebagai anak pungut atau diambil dari rumah sakit atau diambil dari tempat sampah atau menyatakan, "Nggak mungkin anak Papa-Mama," dan sebagainya.
4. Menganggap anak sebagai sumber kesialan dengan berkata, "menyesal
sudah melahirkan."
sudah melahirkan."
5. Melecehkan kemampuan anak seperti, "Ah mana mungkin ia bisa," atau
"Sudahlah kamu ngerti apa?" atau "Aku jamin kamu pasti gagal..." Kadang juga lebih halus, "Pengen deh lihat kamu berhasil tapi itu mustahil."
"Sudahlah kamu ngerti apa?" atau "Aku jamin kamu pasti gagal..." Kadang juga lebih halus, "Pengen deh lihat kamu berhasil tapi itu mustahil."
2.2.2 Kekerasan Fisik
kekerasan fisik ialah kontak fisik yang diberikan pada seseorang yang menyakiti dan bersifat kepada pengerusakan fisik.
Seperti
misalnya, dipukul, dipukul membuat korban merasakan sakit dan berdampak
megatif terhadap orang tersebut. Biasanya kekerasan fisik berlandaskan
ketidaksenangan atau kebencian atau timbulnya rasa marah terhadap orang
yang mengalami kekerasan fisik .
2.3 Pengertian Anak
2.3.1 Menurut UU Perlindungan Anak
Pengertian
Anak Pasal 1 Butir (2) Ketentuan umur dalam peraturan ini tidak
mengurangi ketentuan batas umur dalam peraturan perundang-undangan
lainnya (Pluralisme).
Pengertian anak dalam pasal 1 butir (2) UU ini mempergunakan dua kriteria yang sifatnya kumulatif yaitu:
1. Belum mencapai umur 21 tahun, dan
2. Belum kawin
2. Belum kawin
Dalam Pasal 1 ini ditemukan beberapa kelompok pengertian anak:
1. Anak yang tidak mempunyai orang tua.
2. Anak yang tidak mampu.
3. Anak terlantar.
4. Anak yang mengalami masalah kelainan.
5. Anak cacat.
2.3.2 Anak Dalam Kacamata Islam
Dalam
mendefinisikan anak, sangat jelas jika mengacu pada ajaran Islam. Dalam
agama Islam definisi anak sangat jelas batasannya. Yakni manusia yang
belum mencapai akil baligh (dewasa). Laki-laki disebut dewasa ditandai
dengan mimpi basah, sedangkan perempuan dengan menstruasi. Jika
tanda-tanda puber tersebut sudah tampak, berapapun usianya maka ia tidak
bisa lagi dikategorikan “anak-anak” yang bebas dari pembebanan
kewajiban.
Justru
sejak itulah anak-anak memulai kehidupannya sebagai pribadi yang
memikul tanggung jawab. Termasuk ketika ia telah matang dan memilih
untuk menyalurkan kebutuhan bilogisnya dengan pernikahan, maka hal itu
tidak boleh dilarang.
2.4 Pengerian Psikologi
Psychology berasal dari bahasa Latin yang terdiri dari dua kata yaitu:
· psyche = soul, mind (jiwa)
· logos = ilmu
Jadi, arti berdasarkan komponen katanya adalah: The study of soul / mind.
Dasarnya dari Filsafat, sebagaimana ilmu pengetahuan lainnya.1
BAB III
DAMPAK KEKERASAN ORANGTUA TERHADAP PSIKOLOGI ANAK
Banyak macam-macam dampak kekerasan orangtua terhadap psikologi anak diantaranya sebagai berikut :
3 .1 Dampak Ucapan Negatif
Tanpa disadari,
orangtua sering melakukan kekerasan terhadap anaknya, salah satunya
adalah kekerasan verbal (ucapan). Yang mana ucapan tersebut tidak pantas
di ucapkan orangtua terhadap anaknya.
Perkataan
tersebut biasanya bermakna mengejek anak, mengucilkan, menganggap anak
sial, bukan bagian dari keluarga tersebut, dan lain sebagainya yang
bermakanakan negatif bagi si anak. Berbagai bentuk ucapan tersebut yang
bertujuan menjadikan anak menjadi lebih baik, akan tetapi sebaliknya
dengan ucapan-ucapan yang negatif anak akan menjadi tersindir dan
mungkin berpengaruh terhadap prestasi akademiknya.
Para psikologi mengungkapkan, bahwa ucapan negatif terhadap anak akan menumbuhkan psikologi anak hingga
membuat mereka berpikir seperti yang kerap diucapkan oleh orangtuanya.
Jika orangtua mengucapkan sianak bodoh, tidak disiplin maka dia akan
merekam terus ucapan orangtuanya bahwa dirinya demikian.
Walaupun dampaknya tidak terlihat secara langsung, akan tetapi bertahap. Karena ucapan negatif, anak akan menjadi murung, minder, sedih, dan ini akan berlangsung lama dan mumgkin tidak akan hilang dari fikiran sang anak. Menurut para psikologi,
anak yang sering menerima ucapan negatif di kemudian hari akan hilang
rasa percaya dirinya. Bahkan kemungkinan besar tindakan sesuatu yang
belum patut di lakukan anak bisa di lakukannya, contohnya : kabur dari
rumah, depresi, sedih yang berkepanjangan, dan mungkin sampai melakukan
tindakan bunuh diri.
1.2 Dampak Kekerasan Fisik
Dampak
kekerasan fisik dapat menimbulkan kebencian atau permusuhan antara anak
dengan orangtuanya. Biasanya kekerasan fisik merupakan pelampiasan
emosi atau amarah dari orangtua. Hal
ini disebabkan anak yang berbuat kesalah sehingga menyebabkan orangtua
menjadi marah dan menghukumnya, namun salah disini sangat relatif.
Bergantung pada penilaian orangtua, menganggap apa yang dilakukan anak
salah atau tidak. Tetapi tak jarang anak hanya sebagai pelampiasan
amarah orangtua terhadap sesuatu, dan kekerasan fisik ini merupakan
bentuk ketakberdayaan orangtua menempatkan emosinya. Dalam hal ini anak
merupakan orang yang tak berdaya atau orangtua mempunyai kuasa yang
lebih tinggi dari anak, sehingga anak menjadi objek kekerasan fisik.
Ketika
kekerasan fisik dibudidayakan, kekerasan fisik dapat menjadi
penyelesaian dari suatu masalah bagi korban atau pelaku. Padahal masalah
seharusnya disikapi dengan bijak agar dapat diperoleh pembelajarannya,
ada kalanya dalam mendidik dilakukan kontak fisik. Kontak fisik yang
bagaimana? kontak fisik yang mendidik, bertujuan untuk memberikan
pembelajaran pada korban, membuat jera tetapi tidak mengakibatkan
pengerusakan fisik.
Adapun dampak lain dari kekerasan tersebut yakni :
1. Cara Bergaul
Masa
kanak-kanak adalah masa yang tepat untuk berteman, memperbanyak teman
dan bermain bersama. Mereka akan senang bila mempunyai banyak teman,
dengan bermain bersama mereka akan mendapatkan pengalaman-pengalaman
yang menarik, saling menghormati, berbagi susah maupun senang, dan
banyak pelajaran yang mereka dapatkan dari pertemanannya itu.
Anak
yang tidak pernah mendapatkan kekerasan dari orangtuanya baik fisik
maupun verbal, dia akan mudah untuk mencari teman atau bergaul, Karena
mereka yang bukan korban kekerasan orangtua tidak mempunyai beban atau
fikiran yang membuat dirinya susah untuk melakukan sesuatu, mereka bebas
untuk melakukan apa yang mereka mau, dan bisa tertanam dalam dirinya
rasa percaya diri.
Dan
sebaliknya, mereka yang sering mendapatkan kekerasan dari orangtuanya
akan sulit untuk melakukan sesuatu atau bertindak yang ia kehendaki.
Mereka mempunyai banyak batasan-batasan, mereka akan susah bergaul,
bertindakpun mereka terbatas. tidak percaya diri, takut, minder, malu,
menjadikan mereka sulit untuk melakukan sesuatu.
2. Nilai Akademik
Anak
korban kekerasan orangtua, terutama korban kekerasan verbal mereka
mempunyai nilai akademik yang kurang memuaskan, dan penyebab dari
kurangnmya nilai akademik tersebut bukan berarti mereka mutlaq kurang,
akan tetapi ada faktor-faktor tertentu yang menyebabkan nilai akademik
mereka kurang.
Faktor
tersebut adalah ucapan-ucapan negative orangtua yang tidak pantas di
ucapakan terhadap anak, yang mana ucapan tersebut yang mensugesti
fikiran anak sehingga anak akan berfikiran apa yang telah di ucapkan
orangtuanya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dengan
karaya ilmiah yang telah di beberkan, penulis menyimpulkan bahwasannya
banyak sekali pengaruh atau dampak dari kekerasan orangtua terhadap
anaknya, dan kesemuanya itu berdampak negative untuk sianak serta
merugikan kepada si anak dan orangtua itu sendiri.
Anak
korban kekerasan orangtua biasanya berdampak anak sering murung,
minder, tidak punya rasa percaya diri, sulit untuk bergaul dengan
teman-temannya, sulit untuk berpendapat, pendiam, bahkan yang paling
mengenaskan anak akan berbuat apa yang tidak patut ia perbuat. Contohnya : kabur dari rumah, bahkan hingga tindak bunuh diri.
`4.2 Saran
Sebagai
orangtua pasti menginginkan anaknya tumbuh dan berkembang dengan
normal, dan alangkah senangnya orangtua yang bisa melihat senyum manis
anaknya. Anak adalah karunia Illahi maka didiklah mereka dengan penuh
pengertian dan kasih sayang, janganlah pernah bereperilaku dan berucap
negative terhadap anak, karena akibat dari perilaku dan ucapan negative
terhadap anak, akan menjadi penyesalan yang mendalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar