BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kita
sudah sering mengetahui dan sudah tidak asing lagi dengan makanan yang
bernama tahu. Makanan yang berasal dari negeri China ini sangat
digemari, khususnya oleh masyarakat Indonesia, karena harganya yang
murah, bergizi tinggi, dan mudah didapat. Tahu dapat diolah menjadi
beraneka ragam masakan yang lezat, digoreng biasa pun enak dan tidak
mengurangi kadar protein yang terkandung di dalamnya.
Rasa tahu
yang enak dan harganya yang relatif murah, menjadikan tahu sebagai
makanan favorit di PPM Assa’adah. Para santri mengonsumsi tahu sebagai
menu makanan atau jajanan tahu goreng. Akan tetapi, belakangan ini tahu
yang beredar di pasaran diduga banyak mengandung zat kimia yang
berbahaya, misalnya formalin. Mengingat kandungan air dan protein dalam
tahu cukup tinggi, yaitu masing–masing 86% dan 8-12%, menyebabkan tahu
mudah rusak sehingga para produsen tahu menggunakan formalin untuk
mengawetkan tahu agar tidak busuk dan tetap segar.
Formalin
sendiri merupakan larutan komersial dengan konsentrasi 10–40% dari
formaldehid. Bahan ini biasanya digunakan sebagai antiseptik, germisida,
dan pengawet. Sebenarnya formalin sangat banyak manfaatnya, seperti
anti bakteri atau pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih
lantai, kapal, gudang dan pakaian, pembasmi lalat, dan berbagai serangga
lain. Di dunia kedokteran, formalin digunakan untuk pengawetan mayat
manusia yang dipakai dalam pendidikan mahasiswa kedokteran. Besarnya
manfaat di bidang industri ternyata disalahgunakan untuk penggunaan
pengawetan industri makanan, salah satunya tahu.
Berdasarkan hal
tersebut di atas dan mengingat adanya tragedi “diare massal” yang pernah
terjadi di PPM Assa’adah pada tahun 2006, maka penulis tertarik
meneliti kandungan zat formalin di dalam tahu yang biasa dikonsumsi di
PPM Assa’adah dengan judul paper “Analisis Zat Formalin Pada Tahu Di
Pondok Pesantren Modern Assa’adah.”
1.2 Rumusan Masalah
Untuk
mempermudah jalannya penyusunan karya ilmiah ini, penulis membagi
beberapa masalah menjadi rumusan masalah sebagai berikut:
1) Apakah tahu di PPM Assaa’dah mengandung zat formalin?
2) Apakah bahaya formalin pada tahu bila sering dikonsumsi?
1.3 Hipotesis Penelitian
Penulis
membuat hipotesis bahwa di dalam tahu yang biasa dikonsumsi di
Assa’adah, terdapat zat formalin yang berbahaya bagi tubuh manusia bila
sering dikonsumsi.
1.4 Tujuan Penelitian
1) Mengetahui kandungan zat formalin yang terdapat didalam tahu di Assa’adah.
2) Mengetahui bahaya zat formalin di dalam tahu bila sering dikonsumsi
1.5 Manfaat Penelitian
1) Untuk mengetahui kandungan zat formalin yang berbahaya di dalam tahu di Pondok Pesantren Modern Assa’adah.
2) Untuk mengetahui bahaya zat formalin bagi tubuh manusia bila sering dikonsumsi.
1.6 Metode Penulisan
Dalam membuat karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode eksperimen dan studi pustaka.
1.7 Sistematika Penulisan
Dalam
penulisan paper ini, penulis membagi menjadi lima bab. Tiap bab terdiri
dari subbab dan sub-subbab adapun sistematika penulisan secara
terperinci adalah sebagai berikut:
Bab Pertama adalah
Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,
hipotesis penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab Kedua
membahas tentang Tinjauan Pustaka yang terdiri dari tahu (pengertian
tahu, kandungan tahu, dan jenis-jenis tahu), formalin (pengertian
formalin, reaksi-reaksi aldehid, bahaya formalin, dan penanganan bahaya
formalin)
Bab Ketiga membahas bahan dan metode penelitian yang
terdiri dari tempat dan waktu penelitian, alat dan bahan, dan prosedur
penelitian
Bab Keempat membahas hasil penelitan
Bab Kelima membahas penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tahu
2.1.1 Pengertian Tahu
TAHU
adalah makanan yang terbuat dari kacang kedelai yang dicampur dengan
air mejadi sari kedelai, kemudian diproses sedemikian rupa dan diambil
hasil endapannya. Berbeda dengan tempe yang asli Indonesia, tahu berasal
dari Cina, seperti kecap, tauco, bakpau, dan bakso. Tahu adalah kata
serapan dari bahasa Hokkian (Tauhu) dan hanyu pinyin (doufu) yang secara
harfiah berarti “kedelai yang difermentasikan“. Di Jepang, tahu dikenal
dengan nama toufu.
Tahu pertama kali muncul di Tiongkok sejak
zaman Dinasti Han. Oleh para perantau Cina, makanan ini kemudian
menyebar ke Asia Timur dan Asia Tenggara, lalu akhirnya ke seluruh
dunia. Tahu dikenal sebagai makanan rakyat, karena harganya yang murah,
bergizi tinggi, enak, dan mudah didapat. Beraneka ragam masakan dari
tahu yang lezat sangat digemari masyarakat, tahu tidak hanya sebagai
lauk tapi bisa sebagai teman minum kopi atau teh ketika senggang.
Sekarang ini penggemar tahu semakin banyak karena tahu memiliki banyak
manfaat, diantaranya sebagai makanan yang sehat, lezat, bergizi, dan
harganya yang relatif murah. Hal ini menyebabkan tahu semakin bergengsi
di masyarakat.
2.1.2 Kandungan Tahu
Tahu merupakan hasil
koagulasi atau penggumpalan dan pengendapan protein susu kedelai. Tahu
berkadar protein tinggi yang bervariasi antara 6–8,4%. Diantara semua
hasil olahan kacang kedelai, tahu mempunyai mutu protein nabati terbaik
karena mempunyai komposisi asam amino paling lengkap.
Berikut ini tabel kandungan gizi kedelai dan tahu (per 100 gram bahan)
KANDUNGAN GIZI KEDELAI TAHU
Kalori (gram)
Protein (gram)
Lemak (gram)
Karbohidrat (gram)
Calcium (gram)
Fosfor (gram)
Besi (mg)
Vitamin A (S.I)
Thiamin (mg)
Air (gram) 331
34,9
18,1
34,8
227
585
8,0
110
1,07
7,5 68
7,8
4,6
16,0
124
63
0,8
0
0.06
70.0
Tahu
mengandung sekitar 80% asam lemak tak jenuh, sehingga tidak mengandung
kolesterol. Hidrat arang dan kalor tahu yang rendah, menyebabkan tahu
sangat baik menjadi salah satu menu diet rendah kalori. Pada tahu
terbukti mengandung 65% protein yang dapat dimanfaatkan tubuh serta
memiliki daya cerna tinggi, yakni sebesar 85%.
2.1.3 Jenis-jenis Tahu
a) Tahu sumedang
Mempunyai
tekstur agak kasar diluar, tetapi lembut didalam, dan tidak terlalu
kopong/kosong. Berbentuk potongan persegi kecil, dan untuk harga,
rasanya pas dengan kualitas, rasa dan manfaat yang didapat.
b) Tahu pong
Mempunyai tekstur yang kasar di bagian luar dan kopong di dalam.
c) Tahu kuning
Mempunyai tekstur yang padat, halus, berbentuk segiempat, serta berwarrna kuning.
d) Tahu cina/tahu biasa
Mempunyai
tekstur yang lembut, padat, mengandung sedikit air, cocok untuk
digoreng dan harganya terjangkau, serta berbentuk persegi panjang.
e) Tahu sutra
Mempunyai tekstur yang lembut serta mudah hancur, dan berbentuk persegi.
f) Tahu jepang
Mempunyai
tekstur yang lembut, mudah hancur, mempunyai komponen air yang banyak,
biasanya berbentuk bulat, tidak cocok untuk digoreng, tetapi sangat
cocok untuk masakan berkuah, dan harganyapun relatif lebih mahal
dibanding tahu biasa.
2.2 Formalin
2.2.1 Pengertian Formalin
Formalin
atau formal adalah larutan komersial dengan konsentrasi 10-40% dari
formaldehid (HCOOH). Formaldehid (metanal) merupakan aldehida yang
paling penting sehingga lebih banyak diproduksi, pembuatannya dengan
mengoksidasi metanol oleh O2 dari udara dengan Cu sebagai katalis. Bahan
ini biasanya digunakan sebagai antiseptik, germisida, dan pengawet.
Formalin mempunyai banyak nama kimia diantaranya:
a. Formol
b. Methylene aldehyde
c. Paraforin
d. Morbic
e. Oxomethane
f. Polyoxymethylene glycols
g. Methanol
h. Formoform
i. Superlysoform
j. Formic aldehyde
k. Formalth
l. Tetraoxymethylene
m. Methyloxide
n. Karsan
o. Trioxine
p. Oxymethylene
q. Methylene glycol
Berikut ini merupakan tabel penggunaan formalin dalam kehidupan sehari-hari.
BIDANG KEGUNAAN
Industri plastik Pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca, piring, gelas, dan mangkuk yang berasal dari melamin/plasatik
Industri kayu Bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood)
Industri perikanan Untuk menghilangkan bakteri yang biasa hidup di sisik ikan,
Dunia kedokteran Pengawetan mayat manusia untuk dipakai dalam dunia pendidikan mahasiswa kedokteran (konsentrasi 10%)
kedokteran Pengawetan mayat manusia untuk dipakai dalam pendidikan mahasiswa kedokteran (konsentrasi 10)
Rumah
tangga Anti bakteri, (pembersih lantai, gudang, kapal, dan pakaian),
pembasmi lalat dan berbagai serangga, bahan pernbuatan pupuk urea,
parfum, pengawet kosmetik, pengeras kuku, dan bahan insulasi busa
Pada bahan makanan yang mengandung formalin misalnya tahu, terdapat ciri-ciri fisik diantaranya:
•
Tahu tidak rusak sampai 3 hari dalam suhu kamar (25 derajat Celsius)
dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (10 derajat)
• Tahu terlampu keras, namun tidak padat
• Bau agak menyengat, bau formalin (kandungan formalin 0,5-1 ppm)
2.2.2 Reaksi-Reaksi aldehid
Seperti
yang telah disebutkan di atas bahwa formalin merupakan aldehid yang
banyak diproduksi sehingga kita perlu mengetahui reaksi yang terjadi
pada aldehid. Reaksi-reaksi tersebut adalah:
1) Reaksi Adisi
a. Adisi Hidrogen
O
║
R – C – H + H2 Pt/Ni R – CH2
I
OH
Aldehid alkohol primer
b. Adisi Natrium Bisulfit
O OH
║ I
R – C – H + NaHSO3 R - C – H
I
OSO2Na
Aldehida natrium bisulfit Kristal sukar larut
c. Adisi Hidrosianida
O OH
I
R – C – H + HCN R – C – H
I
CN
Aldehid Hidrosianida Hidroksikarbonitrial sianohidrol
d. Adisi Alkil Magnesium halogen
O OMgI
I
R – C – H + R’ – MgI R – C – H
I
R’
Aldehida Alkil magnesium
Halogen
OMgI OH
I I
R – C – H + H2O R – C – H + Mg(OH)I
I
R’
Alkohol sekunder
e. Adisi ammonia
O OH
I
R – C – H + NH3 R – C – NH2
I
H
Alkohol amonia
2) Reaksi oksidasi
a. Oksidasi dengan oksidator kuat
O O
R – C – H [O] R – C – OH
Aldehida asam karboksilat
b. Oksidasi dengan pereaksi Tollens (oksidator lemah)
O O
R – C – H + Ag 2O(aq) [O] R – C – OH + 2Ag(s)
Aldehida pereaksi asam cermin perak
Tollens karboksilat
c. Oksidasi dengan pereaksi Fehling (oksidator lemah)
O O
R – C – H + 2CuO(aq) R – C – OH + Cu2O(s)
Aldehida pereaksi asam tembaga oksida
Fehling karboksilat (merah b
2.2.3 Bahaya Formalin
Formalin masuk ke dalam tubuh manusia melalui tiga jalan, yaitu : mulut, pernapasan, dan kulit.
1) Melalui mulut
Formalin
sangat mudah masuk melalui mulut karena faktor makanan yang mengandung
formalin dan alat-alat rumah tangga yang mengandung formalin. Apabila
tertelan, maka mulut, tenggorokan, dan perut terasa terbakar, sakit
menelan, mual, muntah, dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit
perut yang hebat, sakti kepala, hipotensi, kejang, tidak sadarkan diri
hingga koma. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati,jantung, otak,
limpa, pankreas,sistem susunan syaraf pusat dan ginjal.
2) Melalui pernapasan
Sebenarnya
sehari-hari, kita menghirup formalin dari lingkungan sekitar. Polusi
yang dihasilkan oleh asap knalpot dan pabrik sekitar, mengandung
formalin yang mau tidak mau kita hirup, kemudian masuk kedalam tubuh.
Asap rokok atau air hujan yang jatuh ke bumi pun sebetulnya mengandung
formalin.
Formalin sangat berbahaya jika terhirup, akibat yang
ditimbulkan dapat berupa : luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran
pernapasan reaksi alergi dan bahaya kanker pada manusia.
Formalin
merupakan zat yang berifat karsinogenik atau bisa menyebabkan kanker.
Penelitian menyebutkan pengingkatan resiko kanker faring (tenggorokan),
sinus dan cavum nasal (hidung). Para pekerja tekstil biasa mengalami
gejala-gejala tersebut akibat paparan foramln melalui pernapasan.
3) Melalui kulit
Apabila
formalin mengenai kulit, dapat menimbulkan perubahan warna kulit
menjadi merah, mengeras, mati rasa, dan ada rasa terbakar.
2.2.4 Penanganan Bahaya Formalin
Bahaya formalin di atas dapat diatasi dengan beberapa cara, diantaranya:
1) Pada mulut
Bila
tertelan, segera minum susu atau norit untuk mengurangi penyerapan zat
berbahaya tersebut. Bila diperlukan, segera hubungi dokter atau dibawa
ke rumah sakit.
2) Pada pernapasan
Tindakan awal
apabila terkena hirupan adalah menghindarkan penderita dari daerah
paparan ke tempat yang aman, kalau perlu gunakan masker berkatup atau
peralatan sejenis untuk melakukan pernapasan buatan.
3) Pada kulit
Bila
terkena kulit,.lepaskan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkena
formalin. Cuci kulit selama 15–20 menit dengan sabun atau deterjen lunak
dan air yang banyak. Pada bagian yang terbakar, lindungi luka dengan
pakaian yang kering, steril, dan longgar.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium MIPA PPM Assa’adah pada tanggal 14-16 Januari 2009.
3.2 Metode Penelitian
Metode
yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen dan studi
pustaka untuk mendukung hasil eksperimen. Metode eksperimen yang
digunakan dibagi menjadi 2 analisis, yaitu analisis secara kimia dan
analisis secara fisik.
1) Analisis Secara Kimia
Waktu penelitian : Rabu, 14 Januari 2009 pukul 14.00 s.d. 18.00 WIB
Alat dan Bahan :
a. Alat
1. 1 buah kaca arloji
2. 1 buah neraca
3. 1 pasang mortar
4. 1 buah kain tipis
5. 3 buah gelas kimia 600 mL
6. 1 buah gelas ukur 50 mL
7. 2 buah gelas ukur 10 mL
8. 6 buah pipet tetes
9. 3 buah tabung reaksi
10. 1 buah spatula
b. Bahan
1. 67,5 gram tahu putih 3. Air mineral
2. fehling A dan B 4. Tissue
Langkah kerja :
1. Timbang 22,5 gram tahu kemudian tumbuk tahu sampai halus dan tambahkan 50 mL air mineral.
2. Saring tahu yang telah ditumbuk tadi dengan kain tipis.
3.
Setelah didapatkan ekstrak tahu, ambil ekstrak tersebut sebanyak 5 mL
dan masukkan ke tabung reaksi dan tambahkan 2-3 tetes larutan Fehling.
4. Goyang-goyangkan, dan tunggu beberapa saat (amati perubahan yang terjadi).
5. Ulangi kegiatan di atas sebanyak 2 kali.
2) Analisis Secara Fisik
Waktu Penelitian : Rabu, 14 Januari 2009 pukul 12.30 WIB s.d.
Jum’at, 16 Januari 2009 pukul 13.00 WIB.
Alat dan bahan :
a. Alat : 1 buah toples
b. Bahan : 4 buah tahu putih
Langkah kerja :
Simpan tahu di dalam toples tanpa tutup dan diamkan selama 3 hari.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.1 Hasil Analisis Secara Kimia
Dari analisis zat formalin secara kimia, didapatkan hasil bahwa :
Ekstra tahu yang semula berwarna putih, setelah diteteskan fehling, terdapat endapan berwarna ungu.
4.2.1 Pembahasan
Dari
analisis secara kimia diatas, disimpulkan bahwa tahu yang biasa
dikonsumsi di Assa’adah negatif mengandung formalin, karena tidak
terdapat endapan merah bata seperti analisis tahu yang mengandung
formalin. Sebaliknya warna ungu pada endapan diatas, dikarenakan tahu di
Assa’adah mengandung banyak protein.
4.1.2 Hasil Analisis Secara Fisik
Dari pengamatan setelah disimpan selama 3 hari dalam suhu kamar, penulis mendapatkan hasil berupa:
Tabel pengamatan tahu
Kondisi Tahu
Sebelum Pengamatan Sesudah Pengamatan
Warna putih buram Warna putih kekuning-kuningan
Tekstur padat, kenyal, halus Tekstur lembek, berlendir
Bau khas kedelai Bau busuk
4.2.2 Pembahasan
Dari
hasil pengamatan di atas, penulis membuat kesimpulan bahwa warna,
teksur, dan bau pada tahu berubah. Hal ini ternyata tidak sesuai dengan
ciri-ciri tahu yang berformalin, yaitu tahan di suhu kamar selama 3
hari. Maka didapat kesimpulan bahwa tahu yang biasa dikonsumsi di PPM
Assa’adah tidak mengandung formalin.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tahu yang biasa dikonsumsi di Assa’adah tidak terdapat zat formalin, sehingga tahu tersebut aman dikonsumsi.
5.2 Saran-saran
Berhati-hatilah
dalam memilih makanan, biasakan makan makanan yang bergizi tapi tidak
harus mahal. banyak makanan bergizi yang murah dan menyehatkan serta
mudah didapat dilingkungan sekitar kita. Amati dan cermati kandungan
dalam makanan tersebut, meskipun bergizi tinggi, tetapi jika terdapat
zat kimia berbahaya bagi tubuh seperti formalin maka asupan gizi
tersebut akan sia-sia.
DAFTAR PUSTAKA
Tiopan.Horale.Parning.2006 Kimia SMA XII Semester Kedua. Cetakan pertama. Jakarta : Yudhistira
Sutarsa, Tatang et al.1994. Kimia 2. Cetakan Pertama.Jakarta : Yudhistira
www.wikipediatahu.co.id
www.Tahu.com
www.Tahusumedangindonetwork.
www.Formalin.com
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kita
sudah sering mengetahui dan sudah tidak asing lagi dengan makanan yang
bernama tahu. Makanan yang berasal dari negeri China ini sangat
digemari, khususnya oleh masyarakat Indonesia, karena harganya yang
murah, bergizi tinggi, dan mudah didapat. Tahu dapat diolah menjadi
beraneka ragam masakan yang lezat, digoreng biasa pun enak dan tidak
mengurangi kadar protein yang terkandung di dalamnya.
Rasa tahu
yang enak dan harganya yang relatif murah, menjadikan tahu sebagai
makanan favorit di PPM Assa’adah. Para santri mengonsumsi tahu sebagai
menu makanan atau jajanan tahu goreng. Akan tetapi, belakangan ini tahu
yang beredar di pasaran diduga banyak mengandung zat kimia yang
berbahaya, misalnya formalin. Mengingat kandungan air dan protein dalam
tahu cukup tinggi, yaitu masing–masing 86% dan 8-12%, menyebabkan tahu
mudah rusak sehingga para produsen tahu menggunakan formalin untuk
mengawetkan tahu agar tidak busuk dan tetap segar.
Formalin
sendiri merupakan larutan komersial dengan konsentrasi 10–40% dari
formaldehid. Bahan ini biasanya digunakan sebagai antiseptik, germisida,
dan pengawet. Sebenarnya formalin sangat banyak manfaatnya, seperti
anti bakteri atau pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih
lantai, kapal, gudang dan pakaian, pembasmi lalat, dan berbagai serangga
lain. Di dunia kedokteran, formalin digunakan untuk pengawetan mayat
manusia yang dipakai dalam pendidikan mahasiswa kedokteran. Besarnya
manfaat di bidang industri ternyata disalahgunakan untuk penggunaan
pengawetan industri makanan, salah satunya tahu.
Berdasarkan hal
tersebut di atas dan mengingat adanya tragedi “diare massal” yang pernah
terjadi di PPM Assa’adah pada tahun 2006, maka penulis tertarik
meneliti kandungan zat formalin di dalam tahu yang biasa dikonsumsi di
PPM Assa’adah dengan judul paper “Analisis Zat Formalin Pada Tahu Di
Pondok Pesantren Modern Assa’adah.”
1.2 Rumusan Masalah
Untuk
mempermudah jalannya penyusunan karya ilmiah ini, penulis membagi
beberapa masalah menjadi rumusan masalah sebagai berikut:
1) Apakah tahu di PPM Assaa’dah mengandung zat formalin?
2) Apakah bahaya formalin pada tahu bila sering dikonsumsi?
1.3 Hipotesis Penelitian
Penulis
membuat hipotesis bahwa di dalam tahu yang biasa dikonsumsi di
Assa’adah, terdapat zat formalin yang berbahaya bagi tubuh manusia bila
sering dikonsumsi.
1.4 Tujuan Penelitian
1) Mengetahui kandungan zat formalin yang terdapat didalam tahu di Assa’adah.
2) Mengetahui bahaya zat formalin di dalam tahu bila sering dikonsumsi
1.5 Manfaat Penelitian
1) Untuk mengetahui kandungan zat formalin yang berbahaya di dalam tahu di Pondok Pesantren Modern Assa’adah.
2) Untuk mengetahui bahaya zat formalin bagi tubuh manusia bila sering dikonsumsi.
1.6 Metode Penulisan
Dalam membuat karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode eksperimen dan studi pustaka.
1.7 Sistematika Penulisan
Dalam
penulisan paper ini, penulis membagi menjadi lima bab. Tiap bab terdiri
dari subbab dan sub-subbab adapun sistematika penulisan secara
terperinci adalah sebagai berikut:
Bab Pertama adalah
Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,
hipotesis penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab Kedua
membahas tentang Tinjauan Pustaka yang terdiri dari tahu (pengertian
tahu, kandungan tahu, dan jenis-jenis tahu), formalin (pengertian
formalin, reaksi-reaksi aldehid, bahaya formalin, dan penanganan bahaya
formalin)
Bab Ketiga membahas bahan dan metode penelitian yang
terdiri dari tempat dan waktu penelitian, alat dan bahan, dan prosedur
penelitian
Bab Keempat membahas hasil penelitan
Bab Kelima membahas penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tahu
2.1.1 Pengertian Tahu
TAHU
adalah makanan yang terbuat dari kacang kedelai yang dicampur dengan
air mejadi sari kedelai, kemudian diproses sedemikian rupa dan diambil
hasil endapannya. Berbeda dengan tempe yang asli Indonesia, tahu berasal
dari Cina, seperti kecap, tauco, bakpau, dan bakso. Tahu adalah kata
serapan dari bahasa Hokkian (Tauhu) dan hanyu pinyin (doufu) yang secara
harfiah berarti “kedelai yang difermentasikan“. Di Jepang, tahu dikenal
dengan nama toufu.
Tahu pertama kali muncul di Tiongkok sejak
zaman Dinasti Han. Oleh para perantau Cina, makanan ini kemudian
menyebar ke Asia Timur dan Asia Tenggara, lalu akhirnya ke seluruh
dunia. Tahu dikenal sebagai makanan rakyat, karena harganya yang murah,
bergizi tinggi, enak, dan mudah didapat. Beraneka ragam masakan dari
tahu yang lezat sangat digemari masyarakat, tahu tidak hanya sebagai
lauk tapi bisa sebagai teman minum kopi atau teh ketika senggang.
Sekarang ini penggemar tahu semakin banyak karena tahu memiliki banyak
manfaat, diantaranya sebagai makanan yang sehat, lezat, bergizi, dan
harganya yang relatif murah. Hal ini menyebabkan tahu semakin bergengsi
di masyarakat.
2.1.2 Kandungan Tahu
Tahu merupakan hasil
koagulasi atau penggumpalan dan pengendapan protein susu kedelai. Tahu
berkadar protein tinggi yang bervariasi antara 6–8,4%. Diantara semua
hasil olahan kacang kedelai, tahu mempunyai mutu protein nabati terbaik
karena mempunyai komposisi asam amino paling lengkap.
Berikut ini tabel kandungan gizi kedelai dan tahu (per 100 gram bahan)
KANDUNGAN GIZI KEDELAI TAHU
Kalori (gram)
Protein (gram)
Lemak (gram)
Karbohidrat (gram)
Calcium (gram)
Fosfor (gram)
Besi (mg)
Vitamin A (S.I)
Thiamin (mg)
Air (gram) 331
34,9
18,1
34,8
227
585
8,0
110
1,07
7,5 68
7,8
4,6
16,0
124
63
0,8
0
0.06
70.0
Tahu
mengandung sekitar 80% asam lemak tak jenuh, sehingga tidak mengandung
kolesterol. Hidrat arang dan kalor tahu yang rendah, menyebabkan tahu
sangat baik menjadi salah satu menu diet rendah kalori. Pada tahu
terbukti mengandung 65% protein yang dapat dimanfaatkan tubuh serta
memiliki daya cerna tinggi, yakni sebesar 85%.
2.1.3 Jenis-jenis Tahu
a) Tahu sumedang
Mempunyai
tekstur agak kasar diluar, tetapi lembut didalam, dan tidak terlalu
kopong/kosong. Berbentuk potongan persegi kecil, dan untuk harga,
rasanya pas dengan kualitas, rasa dan manfaat yang didapat.
b) Tahu pong
Mempunyai tekstur yang kasar di bagian luar dan kopong di dalam.
c) Tahu kuning
Mempunyai tekstur yang padat, halus, berbentuk segiempat, serta berwarrna kuning.
d) Tahu cina/tahu biasa
Mempunyai
tekstur yang lembut, padat, mengandung sedikit air, cocok untuk
digoreng dan harganya terjangkau, serta berbentuk persegi panjang.
e) Tahu sutra
Mempunyai tekstur yang lembut serta mudah hancur, dan berbentuk persegi.
f) Tahu jepang
Mempunyai
tekstur yang lembut, mudah hancur, mempunyai komponen air yang banyak,
biasanya berbentuk bulat, tidak cocok untuk digoreng, tetapi sangat
cocok untuk masakan berkuah, dan harganyapun relatif lebih mahal
dibanding tahu biasa.
2.2 Formalin
2.2.1 Pengertian Formalin
Formalin
atau formal adalah larutan komersial dengan konsentrasi 10-40% dari
formaldehid (HCOOH). Formaldehid (metanal) merupakan aldehida yang
paling penting sehingga lebih banyak diproduksi, pembuatannya dengan
mengoksidasi metanol oleh O2 dari udara dengan Cu sebagai katalis. Bahan
ini biasanya digunakan sebagai antiseptik, germisida, dan pengawet.
Formalin mempunyai banyak nama kimia diantaranya:
a. Formol
b. Methylene aldehyde
c. Paraforin
d. Morbic
e. Oxomethane
f. Polyoxymethylene glycols
g. Methanol
h. Formoform
i. Superlysoform
j. Formic aldehyde
k. Formalth
l. Tetraoxymethylene
m. Methyloxide
n. Karsan
o. Trioxine
p. Oxymethylene
q. Methylene glycol
Berikut ini merupakan tabel penggunaan formalin dalam kehidupan sehari-hari.
BIDANG KEGUNAAN
Industri plastik Pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca, piring, gelas, dan mangkuk yang berasal dari melamin/plasatik
Industri kayu Bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood)
Industri perikanan Untuk menghilangkan bakteri yang biasa hidup di sisik ikan,
Dunia kedokteran Pengawetan mayat manusia untuk dipakai dalam dunia pendidikan mahasiswa kedokteran (konsentrasi 10%)
kedokteran Pengawetan mayat manusia untuk dipakai dalam pendidikan mahasiswa kedokteran (konsentrasi 10)
Rumah
tangga Anti bakteri, (pembersih lantai, gudang, kapal, dan pakaian),
pembasmi lalat dan berbagai serangga, bahan pernbuatan pupuk urea,
parfum, pengawet kosmetik, pengeras kuku, dan bahan insulasi busa
Pada bahan makanan yang mengandung formalin misalnya tahu, terdapat ciri-ciri fisik diantaranya:
•
Tahu tidak rusak sampai 3 hari dalam suhu kamar (25 derajat Celsius)
dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (10 derajat)
• Tahu terlampu keras, namun tidak padat
• Bau agak menyengat, bau formalin (kandungan formalin 0,5-1 ppm)
2.2.2 Reaksi-Reaksi aldehid
Seperti
yang telah disebutkan di atas bahwa formalin merupakan aldehid yang
banyak diproduksi sehingga kita perlu mengetahui reaksi yang terjadi
pada aldehid. Reaksi-reaksi tersebut adalah:
1) Reaksi Adisi
a. Adisi Hidrogen
O
║
R – C – H + H2 Pt/Ni R – CH2
I
OH
Aldehid alkohol primer
b. Adisi Natrium Bisulfit
O OH
║ I
R – C – H + NaHSO3 R - C – H
I
OSO2Na
Aldehida natrium bisulfit Kristal sukar larut
c. Adisi Hidrosianida
O OH
I
R – C – H + HCN R – C – H
I
CN
Aldehid Hidrosianida Hidroksikarbonitrial sianohidrol
d. Adisi Alkil Magnesium halogen
O OMgI
I
R – C – H + R’ – MgI R – C – H
I
R’
Aldehida Alkil magnesium
Halogen
OMgI OH
I I
R – C – H + H2O R – C – H + Mg(OH)I
I
R’
Alkohol sekunder
e. Adisi ammonia
O OH
I
R – C – H + NH3 R – C – NH2
I
H
Alkohol amonia
2) Reaksi oksidasi
a. Oksidasi dengan oksidator kuat
O O
R – C – H [O] R – C – OH
Aldehida asam karboksilat
b. Oksidasi dengan pereaksi Tollens (oksidator lemah)
O O
R – C – H + Ag 2O(aq) [O] R – C – OH + 2Ag(s)
Aldehida pereaksi asam cermin perak
Tollens karboksilat
c. Oksidasi dengan pereaksi Fehling (oksidator lemah)
O O
R – C – H + 2CuO(aq) R – C – OH + Cu2O(s)
Aldehida pereaksi asam tembaga oksida
Fehling karboksilat (merah b
2.2.3 Bahaya Formalin
Formalin masuk ke dalam tubuh manusia melalui tiga jalan, yaitu : mulut, pernapasan, dan kulit.
1) Melalui mulut
Formalin
sangat mudah masuk melalui mulut karena faktor makanan yang mengandung
formalin dan alat-alat rumah tangga yang mengandung formalin. Apabila
tertelan, maka mulut, tenggorokan, dan perut terasa terbakar, sakit
menelan, mual, muntah, dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit
perut yang hebat, sakti kepala, hipotensi, kejang, tidak sadarkan diri
hingga koma. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati,jantung, otak,
limpa, pankreas,sistem susunan syaraf pusat dan ginjal.
2) Melalui pernapasan
Sebenarnya
sehari-hari, kita menghirup formalin dari lingkungan sekitar. Polusi
yang dihasilkan oleh asap knalpot dan pabrik sekitar, mengandung
formalin yang mau tidak mau kita hirup, kemudian masuk kedalam tubuh.
Asap rokok atau air hujan yang jatuh ke bumi pun sebetulnya mengandung
formalin.
Formalin sangat berbahaya jika terhirup, akibat yang
ditimbulkan dapat berupa : luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran
pernapasan reaksi alergi dan bahaya kanker pada manusia.
Formalin
merupakan zat yang berifat karsinogenik atau bisa menyebabkan kanker.
Penelitian menyebutkan pengingkatan resiko kanker faring (tenggorokan),
sinus dan cavum nasal (hidung). Para pekerja tekstil biasa mengalami
gejala-gejala tersebut akibat paparan foramln melalui pernapasan.
3) Melalui kulit
Apabila
formalin mengenai kulit, dapat menimbulkan perubahan warna kulit
menjadi merah, mengeras, mati rasa, dan ada rasa terbakar.
2.2.4 Penanganan Bahaya Formalin
Bahaya formalin di atas dapat diatasi dengan beberapa cara, diantaranya:
1) Pada mulut
Bila
tertelan, segera minum susu atau norit untuk mengurangi penyerapan zat
berbahaya tersebut. Bila diperlukan, segera hubungi dokter atau dibawa
ke rumah sakit.
2) Pada pernapasan
Tindakan awal
apabila terkena hirupan adalah menghindarkan penderita dari daerah
paparan ke tempat yang aman, kalau perlu gunakan masker berkatup atau
peralatan sejenis untuk melakukan pernapasan buatan.
3) Pada kulit
Bila
terkena kulit,.lepaskan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkena
formalin. Cuci kulit selama 15–20 menit dengan sabun atau deterjen lunak
dan air yang banyak. Pada bagian yang terbakar, lindungi luka dengan
pakaian yang kering, steril, dan longgar.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium MIPA PPM Assa’adah pada tanggal 14-16 Januari 2009.
3.2 Metode Penelitian
Metode
yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen dan studi
pustaka untuk mendukung hasil eksperimen. Metode eksperimen yang
digunakan dibagi menjadi 2 analisis, yaitu analisis secara kimia dan
analisis secara fisik.
1) Analisis Secara Kimia
Waktu penelitian : Rabu, 14 Januari 2009 pukul 14.00 s.d. 18.00 WIB
Alat dan Bahan :
a. Alat
1. 1 buah kaca arloji
2. 1 buah neraca
3. 1 pasang mortar
4. 1 buah kain tipis
5. 3 buah gelas kimia 600 mL
6. 1 buah gelas ukur 50 mL
7. 2 buah gelas ukur 10 mL
8. 6 buah pipet tetes
9. 3 buah tabung reaksi
10. 1 buah spatula
b. Bahan
1. 67,5 gram tahu putih 3. Air mineral
2. fehling A dan B 4. Tissue
Langkah kerja :
1. Timbang 22,5 gram tahu kemudian tumbuk tahu sampai halus dan tambahkan 50 mL air mineral.
2. Saring tahu yang telah ditumbuk tadi dengan kain tipis.
3.
Setelah didapatkan ekstrak tahu, ambil ekstrak tersebut sebanyak 5 mL
dan masukkan ke tabung reaksi dan tambahkan 2-3 tetes larutan Fehling.
4. Goyang-goyangkan, dan tunggu beberapa saat (amati perubahan yang terjadi).
5. Ulangi kegiatan di atas sebanyak 2 kali.
2) Analisis Secara Fisik
Waktu Penelitian : Rabu, 14 Januari 2009 pukul 12.30 WIB s.d.
Jum’at, 16 Januari 2009 pukul 13.00 WIB.
Alat dan bahan :
a. Alat : 1 buah toples
b. Bahan : 4 buah tahu putih
Langkah kerja :
Simpan tahu di dalam toples tanpa tutup dan diamkan selama 3 hari.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.1 Hasil Analisis Secara Kimia
Dari analisis zat formalin secara kimia, didapatkan hasil bahwa :
Ekstra tahu yang semula berwarna putih, setelah diteteskan fehling, terdapat endapan berwarna ungu.
4.2.1 Pembahasan
Dari
analisis secara kimia diatas, disimpulkan bahwa tahu yang biasa
dikonsumsi di Assa’adah negatif mengandung formalin, karena tidak
terdapat endapan merah bata seperti analisis tahu yang mengandung
formalin. Sebaliknya warna ungu pada endapan diatas, dikarenakan tahu di
Assa’adah mengandung banyak protein.
4.1.2 Hasil Analisis Secara Fisik
Dari pengamatan setelah disimpan selama 3 hari dalam suhu kamar, penulis mendapatkan hasil berupa:
Tabel pengamatan tahu
Kondisi Tahu
Sebelum Pengamatan Sesudah Pengamatan
Warna putih buram Warna putih kekuning-kuningan
Tekstur padat, kenyal, halus Tekstur lembek, berlendir
Bau khas kedelai Bau busuk
4.2.2 Pembahasan
Dari
hasil pengamatan di atas, penulis membuat kesimpulan bahwa warna,
teksur, dan bau pada tahu berubah. Hal ini ternyata tidak sesuai dengan
ciri-ciri tahu yang berformalin, yaitu tahan di suhu kamar selama 3
hari. Maka didapat kesimpulan bahwa tahu yang biasa dikonsumsi di PPM
Assa’adah tidak mengandung formalin.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tahu yang biasa dikonsumsi di Assa’adah tidak terdapat zat formalin, sehingga tahu tersebut aman dikonsumsi.
5.2 Saran-saran
Berhati-hatilah
dalam memilih makanan, biasakan makan makanan yang bergizi tapi tidak
harus mahal. banyak makanan bergizi yang murah dan menyehatkan serta
mudah didapat dilingkungan sekitar kita. Amati dan cermati kandungan
dalam makanan tersebut, meskipun bergizi tinggi, tetapi jika terdapat
zat kimia berbahaya bagi tubuh seperti formalin maka asupan gizi
tersebut akan sia-sia.
DAFTAR PUSTAKA
Tiopan.Horale.Parning.2006 Kimia SMA XII Semester Kedua. Cetakan pertama. Jakarta : Yudhistira
Sutarsa, Tatang et al.1994. Kimia 2. Cetakan Pertama.Jakarta : Yudhistira
www.wikipediatahu.co.id
www.Tahu.com
www.Tahusumedangindonetwork.
www.Formalin.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar