Kamis, 06 Juni 2013

Paper Almam Faluki

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kekerasan
Kekerasan merupakan tindakan pelanggaran yang menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain. Istilah "kekerasan" juga mengandung kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang merusak. Kerusakan harta benda biasanya dianggap masalah kecil dibanding dengan tindakan kekerasan terhadap orang.
Kekerasan pada dasarnya tergolong ke dalam dua bentuk yakni kekerasan sembarang, yang mencakup kekerasan dalam skala kecil atau tidak terencanakan, dan kekerasan terkoordinir, yang dilakukan oleh kelompok-kelompok baik yang diberi hak maupun tidak yakni seperti yang terjadi dalam perang (yakni kekerasan antar-masyarakat) dan terorisme.
Perilaku kekerasan semakin hari semakin nampak, dan sungguh sangat mengganggu ketentraman hidup kita. Jika hal tersebut dibiarkan, atau tidak ada upaya sistematik untuk mencegahnya, maka tidak mustahil kita sebagai bangsa akan menderita kekerasan sebagai akibat dari kekerasan tersebut.
2.2 Macam-macam Kekerasan
2.2.1 Kekerasan Verbal
Tanpa disadari, orangtua pasti pernah melakukan kekerasan terhadap anak. Salah satu bentuk kekerasan tersebut adalah kekerasan verbal atau kekerasan yang dilakukan lewat kata-kata yang menyakitkan.
Kata-kata yang menyakitkan tersebut biasanya bermakna melecehkan kemampuan anak, menganggap anak sebagai sumber kesialan, mengecilkan si anak, memberikan julukan negatif kepada anak, dan memberikan kesan bahwa si anak tidak diharapkan, hal ini memiliki dampak yang negatif terhadap perasaan anak dan dapat mempengaruhi citra diri mereka.
Berbagai bentuk ucapan yang menyakiti anak akan berpengaruh kepadanya. Baik dalam kehidupan saat ini maupun di masa yang akan datang, kata psikolog Rudangta Arianti Sembiring Psi, ketika dihubungi okezone melalui telepon genggamnya, Sabtu (15/3/2008). Menurut psikolog yang concern di bidang psikologi anak itu, kekerasan verbal terhadap anak akan menumbuhkan sakit hati hingga membuat mereka berpikir seperti yang kerap diucapkan oleh orangtuanya. Jika orangtua bilang anak bodoh atau jelek, maka dia akan menganggap dirinya demikian.
Meski dampaknya tidak terjadi secara langsung, namun melalui proses. Karena ucapan-ucapan bernada menghina dan merendahkan itu akan direkam dalam pita memori anak. Semakin lama, maka akan bertambah berat dan membuat anak memiliki citra negatif.
Menurutnya, anak yang sering mengalami kekerasan verbal di kemudian hari akan hilang rasa percaya dirinya. Bahkan hingga memicu kemarahannya dan merencanakan untuk melakukan aksi balas dendam.
Kekerasan verbal pada anak bisa berefek buruk hingga membuat mereka balas dendam pada teman atau tetangga terdekatnya dan akan berpengaruh terhadap caranya bergaul.
Adapun beberapa contoh ucapan kejam, diantaranya :
1. Memberikan julukan negatif kepada anak misalnya Si Dungu, Si Goblok,
Si Lelet, Si Biang Kerok, Si Pemalas, Si Pengacau, Si Penipu dan sebagainya
2. Mengecilkan arti si anak misalnya orangtua menyebut anak sebagai tak
berguna atau percuma dilahirkan
3. Memberikan kesan bahwa si anak tidak diharapkan misalnya dengan
menyebutnya sebagai anak pungut atau diambil dari rumah sakit atau diambil dari tempat sampah atau menyatakan, "Nggak mungkin anak Papa-Mama," dan sebagainya.
4. Menganggap anak sebagai sumber kesialan dengan berkata, "menyesal
sudah melahirkan."
5. Melecehkan kemampuan anak seperti, "Ah mana mungkin ia bisa," atau
"Sudahlah kamu ngerti apa?" atau "Aku jamin kamu pasti gagal..." Kadang juga lebih halus, "Pengen deh lihat kamu berhasil tapi itu mustahil."
2.2.2 Kekerasan Fisik
kekerasan fisik ialah kontak fisik yang diberikan pada seseorang yang menyakiti dan bersifat kepada pengerusakan fisik.
Seperti misalnya, dipukul, dipukul membuat korban merasakan sakit dan berdampak megatif terhadap orang tersebut. Biasanya kekerasan fisik berlandaskan ketidaksenangan atau kebencian atau timbulnya rasa marah terhadap orang yang mengalami kekerasan fisik .

2.3 Pengertian Anak
2.3.1 Menurut UU Perlindungan Anak
Pengertian Anak Pasal 1 Butir (2) Ketentuan umur dalam peraturan ini tidak mengurangi ketentuan batas umur dalam peraturan perundang-undangan lainnya (Pluralisme).
Pengertian anak dalam pasal 1 butir (2) UU ini mempergunakan dua kriteria yang sifatnya kumulatif yaitu:
1. Belum mencapai umur 21 tahun, dan
2. Belum kawin
Dalam Pasal 1 ini ditemukan beberapa kelompok pengertian anak:
1. Anak yang tidak mempunyai orang tua.
2. Anak yang tidak mampu.
3. Anak terlantar.
4. Anak yang mengalami masalah kelainan.
5. Anak cacat.
2.3.2 Anak Dalam Kacamata Islam
Dalam mendefinisikan anak, sangat jelas jika mengacu pada ajaran Islam. Dalam agama Islam definisi anak sangat jelas batasannya. Yakni manusia yang belum mencapai akil baligh (dewasa). Laki-laki disebut dewasa ditandai dengan mimpi basah, sedangkan perempuan dengan menstruasi. Jika tanda-tanda puber tersebut sudah tampak, berapapun usianya maka ia tidak bisa lagi dikategorikan “anak-anak” yang bebas dari pembebanan kewajiban.
Justru sejak itulah anak-anak memulai kehidupannya sebagai pribadi yang memikul tanggung jawab. Termasuk ketika ia telah matang dan memilih untuk menyalurkan kebutuhan bilogisnya dengan pernikahan, maka hal itu tidak boleh dilarang.
2.4 Pengerian Psikologi
Psychology berasal dari bahasa Latin yang terdiri dari dua kata yaitu:
· psyche = soul, mind (jiwa)
· logos = ilmu
Jadi, arti berdasarkan komponen katanya adalah: The study of soul / mind.
Dasarnya dari Filsafat, sebagaimana ilmu pengetahuan lainnya.1
BAB III
DAMPAK KEKERASAN ORANGTUA TERHADAP PSIKOLOGI ANAK
Banyak macam-macam dampak kekerasan orangtua terhadap psikologi anak diantaranya sebagai berikut :
3 .1 Dampak Ucapan Negatif
Tanpa disadari, orangtua sering melakukan kekerasan terhadap anaknya, salah satunya adalah kekerasan verbal (ucapan). Yang mana ucapan tersebut tidak pantas di ucapkan orangtua terhadap anaknya.
Perkataan tersebut biasanya bermakna mengejek anak, mengucilkan, menganggap anak sial, bukan bagian dari keluarga tersebut, dan lain sebagainya yang bermakanakan negatif bagi si anak. Berbagai bentuk ucapan tersebut yang bertujuan menjadikan anak menjadi lebih baik, akan tetapi sebaliknya dengan ucapan-ucapan yang negatif anak akan menjadi tersindir dan mungkin berpengaruh terhadap prestasi akademiknya.
Para psikologi mengungkapkan, bahwa ucapan negatif terhadap anak akan menumbuhkan psikologi anak hingga membuat mereka berpikir seperti yang kerap diucapkan oleh orangtuanya. Jika orangtua mengucapkan sianak bodoh, tidak disiplin maka dia akan merekam terus ucapan orangtuanya bahwa dirinya demikian.
Walaupun dampaknya tidak terlihat secara langsung, akan tetapi bertahap. Karena ucapan negatif, anak akan menjadi murung, minder, sedih, dan ini akan berlangsung lama dan mumgkin tidak akan hilang dari fikiran sang anak. Menurut para psikologi, anak yang sering menerima ucapan negatif di kemudian hari akan hilang rasa percaya dirinya. Bahkan kemungkinan besar tindakan sesuatu yang belum patut di lakukan anak bisa di lakukannya, contohnya : kabur dari rumah, depresi, sedih yang berkepanjangan, dan mungkin sampai melakukan tindakan bunuh diri.
1.2 Dampak Kekerasan Fisik
Dampak kekerasan fisik dapat menimbulkan kebencian atau permusuhan antara anak dengan orangtuanya. Biasanya kekerasan fisik merupakan pelampiasan emosi atau amarah dari orangtua. Hal ini disebabkan anak yang berbuat kesalah sehingga menyebabkan orangtua menjadi marah dan menghukumnya, namun salah disini sangat relatif. Bergantung pada penilaian orangtua, menganggap apa yang dilakukan anak salah atau tidak. Tetapi tak jarang anak hanya sebagai pelampiasan amarah orangtua terhadap sesuatu, dan kekerasan fisik ini merupakan bentuk ketakberdayaan orangtua menempatkan emosinya. Dalam hal ini anak merupakan orang yang tak berdaya atau orangtua mempunyai kuasa yang lebih tinggi dari anak, sehingga anak menjadi objek kekerasan fisik.
Ketika kekerasan fisik dibudidayakan, kekerasan fisik dapat menjadi penyelesaian dari suatu masalah bagi korban atau pelaku. Padahal masalah seharusnya disikapi dengan bijak agar dapat diperoleh pembelajarannya, ada kalanya dalam mendidik dilakukan kontak fisik. Kontak fisik yang bagaimana? kontak fisik yang mendidik, bertujuan untuk memberikan pembelajaran pada korban, membuat jera tetapi tidak mengakibatkan pengerusakan fisik.
Adapun dampak lain dari kekerasan tersebut yakni :
1. Cara Bergaul
Masa kanak-kanak adalah masa yang tepat untuk berteman, memperbanyak teman dan bermain bersama. Mereka akan senang bila mempunyai banyak teman, dengan bermain bersama mereka akan mendapatkan pengalaman-pengalaman yang menarik, saling menghormati, berbagi susah maupun senang, dan banyak pelajaran yang mereka dapatkan dari pertemanannya itu.
Anak yang tidak pernah mendapatkan kekerasan dari orangtuanya baik fisik maupun verbal, dia akan mudah untuk mencari teman atau bergaul, Karena mereka yang bukan korban kekerasan orangtua tidak mempunyai beban atau fikiran yang membuat dirinya susah untuk melakukan sesuatu, mereka bebas untuk melakukan apa yang mereka mau, dan bisa tertanam dalam dirinya rasa percaya diri.
Dan sebaliknya, mereka yang sering mendapatkan kekerasan dari orangtuanya akan sulit untuk melakukan sesuatu atau bertindak yang ia kehendaki. Mereka mempunyai banyak batasan-batasan, mereka akan susah bergaul, bertindakpun mereka terbatas. tidak percaya diri, takut, minder, malu, menjadikan mereka sulit untuk melakukan sesuatu.
2. Nilai Akademik
Anak korban kekerasan orangtua, terutama korban kekerasan verbal mereka mempunyai nilai akademik yang kurang memuaskan, dan penyebab dari kurangnmya nilai akademik tersebut bukan berarti mereka mutlaq kurang, akan tetapi ada faktor-faktor tertentu yang menyebabkan nilai akademik mereka kurang.
Faktor tersebut adalah ucapan-ucapan negative orangtua yang tidak pantas di ucapakan terhadap anak, yang mana ucapan tersebut yang mensugesti fikiran anak sehingga anak akan berfikiran apa yang telah di ucapkan orangtuanya.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dengan karaya ilmiah yang telah di beberkan, penulis menyimpulkan bahwasannya banyak sekali pengaruh atau dampak dari kekerasan orangtua terhadap anaknya, dan kesemuanya itu berdampak negative untuk sianak serta merugikan kepada si anak dan orangtua itu sendiri.
Anak korban kekerasan orangtua biasanya berdampak anak sering murung, minder, tidak punya rasa percaya diri, sulit untuk bergaul dengan teman-temannya, sulit untuk berpendapat, pendiam, bahkan yang paling mengenaskan anak akan berbuat apa yang tidak patut ia perbuat. Contohnya : kabur dari rumah, bahkan hingga tindak bunuh diri.
`4.2 Saran
Sebagai orangtua pasti menginginkan anaknya tumbuh dan berkembang dengan normal, dan alangkah senangnya orangtua yang bisa melihat senyum manis anaknya. Anak adalah karunia Illahi maka didiklah mereka dengan penuh pengertian dan kasih sayang, janganlah pernah bereperilaku dan berucap negative terhadap anak, karena akibat dari perilaku dan ucapan negative terhadap anak, akan menjadi penyesalan yang mendalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar